Hasilpenelitian menunjukkan: (1) Isi kandungan Al Quran Surat Al Isra. ayat 23-24 adalah penanaman tauhid, dan pendidikan akhlak terhadap orang tua. Penanaman tauhid, yakni menyembah hanya kepada Allah, tidak kepada tuhan. yang lain. Pendidikan akhlak terhadap orang tua mencakup berbuat baik kepada.
Source Mengenal Kisah Luqman sebagai Teladan Pendidikan Orang Tua Kisah Luqman merupakan sebuah kisah inspiratif yang terkenal di Indonesia sebagai teladan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Kisah ini berasal dari Al-Quran surah Luqman 3112-19, yang menceritakan tentang kehidupan seorang pria bijak bernama Luqman yang memberikan nasihat-nasihatnya kepada putranya tentang cara hidup yang baik. Dalam kisah ini, Luqman tidak hanya memberikan nasihat yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat, tetapi juga memberikan contoh yang baik dengan tindakan-tindakan yang ia lakukan. Luqman dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan sabar. Ia selalu berbicara dengan kata-kata yang baik dan tidak memihak pada salah satu anaknya. Ia juga memiliki kepribadian yang santun dan berakhlak mulia. Semua tindakan Luqman memang di luar jangkauan kebanyakan orang, namun kisah ini memberikan pengajaran bagi setiap orang, terutama bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Luqman memberikan banyak nasihat pada putranya dalam kisah tersebut, seperti membawa hikmah, tidak sombong, bersyukur, dan berbuat baik kepada sesama. Selain itu, Luqman juga menyampaikan bahwa kesuksesan dalam hidup tidak hanya didapatkan melalui kekayaan atau status sosial, tetapi juga bisa didapatkan melalui sopan santun, berakhlak mulia, dan prestasi yang dihasilkan. Nasihat-nasihat Luqman bisa menjadi pedoman bagi setiap orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua bisa mengajarkan anak-anaknya cara hidup yang baik dengan memberikan contoh tindakan yang baik dan mengajarkan kebaikan dalam kata-kata yang mereka ucapkan. Orang tua juga perlu mengajari anak-anak mereka untuk menghargai dan bersyukur atas apa yang dimiliki, serta berbuat baik kepada sesama. Selain itu, orang tua juga harus menyadari bahwa kesuksesan anak tidak bisa dinilai hanya dari material yang dimiliki, tetapi juga dari nilai-nilai moral yang dimiliki anak. Anak yang sopan santun dan berakhlak mulia akan lebih berhasil dalam hidup daripada anak yang hanya memiliki kekayaan dan status sosial yang tinggi. Kisah Luqman juga mengajarkan tentang pentingnya berbicara dengan kata-kata yang baik dan tidak memihak. Orang tua bisa mempraktikkan ini dengan tidak membandingkan salah satu anak dengan anak yang lain atau mengkritik anak di depan orang lain. Kritik dan pujian harus disampaikan dengan cara yang taktis dan tidak menyinggung harga diri anak. Terakhir, orang tua juga perlu mendorong anak-anak mereka untuk terus belajar dan berprestasi dalam kehidupan. Mendorong anak-anak untuk terus belajar dan menjadi sosok yang bijaksana akan membantu mereka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan. Kisah Luqman bukan hanya sebuah cerita, tetapi merupakan sebuah inspirasi bagi setiap orang, terutama orang tua, dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua bisa mengajarkan anak-anak mereka untuk menjadi sosok yang bijaksana dan berakhlak mulia, seperti Luqman dalam kisah tersebut. Pesan-pesan Moral dalam Kisah Luqman yang Perlu Diterapkan dalam Pendidikan Anak Setiap orang tua pasti ingin melahirkan anak yang kuat iman, akhlak mulia dan cerdas. Untuk itulah, orang tua harus memiliki tanggung jawab penuh dalam membentuk kepribadian anak. Namun, sebagai manusia yang rentan terhadap kesalahan, tentu saja kita memerlukan acuan dalam mendidik anak. Salah satu sumber acuan yang bisa diambil acuan dalam mendidik anak adalah kisah Luqman. Kisah ini sangat terkenal dan sering dibahas di berbagai kesempatan baik di dalam maupun di luar lingkungan keagamaan. Luqman sendiri adalah seorang budak yang diberikan hikmah oleh Allah SWT, sehingga dia menjadi orang yang bijak. Dalam kisah ini terdapat banyak pesan moral yang penting untuk diterapkan dalam pendidikan anak. Berikut ini adalah beberapa pesan moral penting yang terkandung dalam kisah Luqman 1. Pentingnya Ketaqwaan Kepada Allah SWT Salah satu pesan moral dalam kisah Luqman adalah pentingnya ketaqwaan kepada Allah SWT. Luqman mengajarkan kepada anaknya agar selalu mempraktikkan ibadah, mengingat Allah SWT dalam setiap aktifitasnya dan menghindari hal-hal yang dapat membuat hatinya jauh dari Allah SWT. Hal ini harus menjadi pelajaran bagi setiap orang tua untuk selalu menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam keluarga, seperti mengajarkan anak untuk salat, membaca Al-Quran dan memahami artinya, serta mengamalkan ajaran Islam secara konsisten. 2. Pentingnya Adab dan Akhlak yang Baik Tidak hanya ketaqwaan kepada Allah saja, pesan moral dalam kisah Luqman juga menekankan pentingnya adab dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Luqman mengajari anaknya untuk bersikap sabar, jujur, berbakti kepada kedua orang tua, tidak sombong, dan menghormati sesama. Nilai-nilai ini harus menjadi pelajaran penting dalam mendidik anak, agar mereka menjadi dewasa yang memiliki moral dan sikap yang baik. Orang tua harus memperlihatkan contoh adab dan akhlak yang baik agar anak-anak dapat mencontohnya. Jangan lupa untuk melakukan koreksi dan memberikan penjelasan yang tepat apabila kita menemukan perilaku negatif pada anak kita. Dengan memberikan contoh dan pengertian yang tepat, anak-anak akan dapat mempertajam derajat moral dan akhlak mereka. 3. Pentingnya Pendidikan Luqman juga mengajarkan anaknya tentang pentingnya pendidikan. Meski dia sendiri tidak memiliki gelar terhormat atau harta yang melimpah, Luqman tampil sebagai orang terpelajar pada zamannya. Dia selalu memotivasi anaknya untuk mencari ilmu dan menjadi orang yang cerdas. Hal ini tentunya menyiratkan pesan penting bagi setiap orang tua dalam mendidik anak, yaitu memberikan kesempatan yang luas bagi anak untuk belajar, mengaktifkan daya penalaran, dan memberikan pengalaman yang lebih luas agar anak dapat meningkatkan kemampuan dan memiliki kemampuan untuk berprestasi. 4. Pentingnya Bersyukur Terakhir, pesan moral dalam kisah Luqman adalah betapa pentingnya bersyukur untuk setiap nikmat yang Allah SWT berikan. Luqman mengajarkan anaknya bahwa setiap nikmat yang diberikan Allah SWT harus dijadikan motivasi dalam membaktikan diri kepada Allah SWT. Hikmah ini harus menjadi pelajaran bagi setiap orang tua dalam mendidik anak agar selalu dankan selalu bersyukur untuk hal-hal yang diberikan oleh Allah SWT. Kisah Luqman merupakan hikmah besar yang harus menjadi model pembelajaran dalam mendidik anak. Pesan-pesan moral dalam kisah ini sangat menyentuh hati, yaitu tentang pentingnya ketaqwaan kepada Allah SWT, adab dan akhlak yang baik, pendidikan, dan bersyukur. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus menjadi model teladan bagi anak-anak dengan mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat iman, akhlak mulia, cerdas, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Bagaimana Kisah Luqman Dapat Membentuk Karakter dan Kepribadian Anak Kisah Luqman merupakan cerita yang sangat terkenal di Indonesia. Kisah ini mengisahkan tentang seorang ayah yang bijak, yang memberikan banyak pelajaran bermakna kepada anaknya. Di Indonesia, kisah Luqman sering dijadikan sebagai teladan pendidikan bagi orang tua dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Bagaimana kisah Luqman dapat membentuk karakter dan kepribadian anak? Berikut adalah tiga hal yang dapat diperhatikan 1. Memperlihatkan Kasih Sayang dan Perhatian Salah satu pelajaran yang diambil dari kisah Luqman adalah tentang kasih sayang dan perhatian yang harus diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Luqman selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada anaknya dengan memberikan perhatian penuh ketika sedang bercakap-cakap atau memberikan nasihat. Banyak pengalaman orang tua di Indonesia yang terlalu fokus pada pekerjaan mereka sehingga sulit memberikan perhatian penuh kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu, kisah Luqman dapat menjadi contoh bagi orang tua untuk selalu memperlihatkan kasih sayang dan perhatian terhadap anak-anak mereka. 2. Memberikan Pendidikan yang Baik Kisah Luqman juga menjadi teladan dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anak. Luqman selalu memberikan nasihat yang baik kepada anaknya agar ia menjadi anak yang cerdas, rendah hati, dan patuh kepada Allah SWT. Sebagai orang tua, memberikan pendidikan yang baik kepada anak adalah hal yang sangat penting agar ia dapat memiliki karakter dan kepribadian yang baik dan berkualitas. Dalam memberikan pendidikan, orang tua harus mampu mengarahkan anak ke arah yang baik dan memberikan pengalaman yang berkualitas agar anak dapat memahami nilai-nilai moral dan etika dengan mudah. 3. Mendidik dengan Contoh yang Baik Seperti yang terlihat pada kisah Luqman, ia berhasil membentuk karakter anaknya karena selalu memberikan contoh yang baik. Luqman selalu berperilaku sopan, rendah hati, dan patuh kepada Allah SWT. Perilaku baik yang ia tunjukkan membuat anaknya sadar bahwa ia harus mencontoh perilaku ayahnya dan menjalankan ajaran Islam yang diterapkan oleh Luqman. Sebagai orang tua, mendidik dengan contoh yang baik adalah hal yang penting. Anak akan lebih mudah meniru perilaku orang tua daripada hanya dengan kata-kata. Oleh karena itu, orang tua harus mengedepankan perilaku yang baik dan memperlihatkan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengasuh dan membentuk karakter anak, kisah Luqman dapat menjadi teladan bagi orang tua di Indonesia. Luqman memberikan banyak pelajaran bermakna, seperti memperlihatkan kasih sayang dan perhatian, memberikan pendidikan yang baik, dan mendidik dengan contoh yang baik. Dengan mempertimbangkan tiga hal tersebut, orang tua dapat membentuk karakter dan kepribadian anak dengan lebih baik. Pendidikan Agama dalam Kisah Luqman Bagaimana Mengajarkan Nilai-nilai Kesalehan Kisah Luqman merupakan salah satu kisah dalam Al-Quran yang mengajarkan tentang kebijaksanaan dan kesalehan. Kisah ini juga menjadi teladan pendidikan bagi orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya. Salah satu nilai kesalehan yang dapat diambil dari kisah Luqman adalah taqwa atau takut kepada Allah SWT. Luqman mengajarkan hal ini kepada anaknya dengan cara yang sederhana namun memiliki makna yang dalam. Dalam Al-Quran surah Luqman ayat 13, Luqman mengatakan “Wahai anakku, janganlah sekali-kali engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa Luqman memberikan pengajaran kepada anaknya tentang pentingnya taqwa atau takut kepada Allah SWT. Sebagai orang tua, kita juga perlu mengajarkan nilai taqwa ini kepada anak-anak kita dengan memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selain nilai taqwa, kisah Luqman juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran surah Luqman ayat 12, Luqman mengatakan “Dan sesungguhnya Allah telah memberikan kepadamu nikmat yang besar yaitu agama Islam, oleh karena itu, janganlah kamu meremehkan nikmat Nilai bersyukur ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengajarkan nilai ini dengan mengajak anak-anak untuk bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan kepada mereka, seperti kesehatan, pendidikan, dan keluarga yang selalu mendukung. Selain nilai taqwa dan bersyukur, kisah Luqman juga mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama. Dalam Al-Quran surah Luqman ayat 18, Luqman mengatakan “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan Nilai berbuat baik ini dapat diajarkan kepada anak-anak dengan mengajak mereka melakukan kebaikan kepada orang lain. Kita dapat memotivasi mereka untuk membantu orang yang membutuhkan atau mengajarkan mereka untuk menghargai orang lain tanpa memandang latar belakang atau status sosial. Selain nilai-nilai di atas, kisah Luqman juga mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan menghindari dosa besar. Dalam Al-Quran surah Luqman ayat 17, Luqman mengatakan “Dan janganlah kamu tinggalkan solat dan janganlah kamu masuk ke dalam dosa besar, sesungguhnya dosa besar itu adalah perbuatan yang amat Kita perlu mengajarkan nilai berdoa dan menghindari dosa besar ini kepada anak-anak dengan memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat memotivasi mereka untuk selalu berdoa kepada Allah SWT dan menghindari segala bentuk dosa besar yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Secara keseluruhan, kisah Luqman dapat dijadikan sebagai teladan pendidikan bagi orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anak. Dengan mengajarkan nilai taqwa, bersyukur, berbuat baik, berdoa dan menghindari dosa besar, maka anak-anak akan tumbuh menjadi sosok yang saleh dan berakhlak mulia. Bagaimana Orang Tua Dapat Mengaplikasikan Kisah Luqman dalam Mendidik Anak di Era Digital Masa kini, banyak anak-anak yang lebih akrab dengan teknologi dibandingkan buku. Hal ini membuat orang tua harus pintar-pintar menyiasati agar anak-anak tetap belajar nilai-nilai positif, termasuk nilai-nilai agama. Salah satu kisah yang dapat dijadikan teladan adalah kisah Luqman. Bagaimana orang tua dapat mengaplikasikan kisah Luqman dalam mendidik anak di era digital? Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan 1. Menjelaskan Kisah Luqman Secara Singkat dan Menarik Sebelum mulai mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kisah Luqman, orang tua dapat menjelaskan kisah tersebut secara singkat dan menarik. Bisa menggunakan media seperti video atau animasi agar anak-anak lebih tertarik. Setelah itu, orang tua dapat mulai membahas nilai-nilai yang bisa dipetik dari kisah tersebut. 2. Menggunakan Buku Cerita Di era digital, buku cerita masih menjadi bahan refrensi yang baik bagi anak-anak untuk belajar. Orang tua dapat mencari buku cerita yang menceritakan kisah Luqman agar anak-anak lebih mudah memahami. Selain itu, bisa juga diminta anak-anak untuk membaca buku tersebut secara mandiri, sehingga mereka dapat belajar sendiri dan berkreasi sendiri. 3. Meminta Anak Menceritakan Ulang Kisah Luqman Setelah anak-anak memahami cerita Luqman, orang tua dapat meminta mereka untuk menceritakan ulang kisah tersebut. Ini bertujuan agar anak-anak dapat lebih mengingat cerita dan nilai-nilai yang terkandung. Selain itu, anak-anak juga bisa berlatih public speaking dan meningkatkan kreativitasnya dalam menceritakan kisah ini dengan cara yang menarik. 4. Menjelaskan Nilai-nilai yang Terkandung di Dalam Kisah Luqman Setelah anak-anak paham dengan cerita Luqman, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menekankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Seperti mengajarkan anak untuk jujur, ramah, sabar dan lain sebagainya. Nilai-nilai ini dapat dibahas secara langsung atau tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari. 5. Mengajarkan Bagaimana Memanfaatkan Teknologi dengan Bijak Teknologi memang sangat membantu, namun jika tidak digunakan dengan bijaksana akan membawa dampak negatif bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus mengajarkan anak untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak dan tidak berlebihan. Seperti memberi batasan waktu dalam penggunaan gadget, mengawasi anak saat menggunakan internet, serta memberikan pengertian mengenai bahaya yang ada di dunia maya. Dengan begitu, anak dapat menghindari dampak negatif dari teknologi dan tetap belajar dengan nyaman. Semoga dengan menerapkan kisah Luqman dalam mendidik anak, orang tua dapat membantu anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang baik dan terdidik dengan baik di era digital.
Biladitarik ke pada konteks pendidikan, maka pendidikan bagi siswa adalah amanah serta tanggung jawab bagi pendidik (pengajar, orang tua, pemerintah, dan warga). Keywords: ABSTRACT the story of the Qur'an; Background: Education is a conscious and periodic effort to Luqman Al-Hakim; develop the potential of learners in the areas of religious

Jakarta - Salah satu kisah teladan yang disebutkan dalam beberapa riwayat adalah kisah Luqman Al Hakim Luqmanul Hakim. Luqman al Hakim adalah orang biasa. Namun, namanya diabadikan dalam Al Quran surat Al Hakim merupakan orang saleh yang dipilih oleh Allah SWT. Sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman ayat 12 sebagai berikutوَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ Artinya "Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." QS. Luqman 12.Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Luqman Al Hakim bukanlah orang yang lahir dari kalangan nabi. Ia adalah orang biasa. Akan tetapi, namanya diabadikan menjadi satu surat dalam Al Quran."Luqman ini menarik ya karena dia adalah orang biasa. Bukan nabi bukan siapa-siapa," kata Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, bulan Ramadhan riwayat Ibn Abbas, Luqman Al Hakim adalah seorang pencari kayu bakar di Habsy. Ia tidak terlahir dari kalangan nabi, ulama, maupun kaum terpandang lain. Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Luqman Al Hakim hidup di zaman Nabi Daud Musthafa Abdul Halim dalam bukunya Kisah Bapak dan Anak dalam Al Quran menjelaskan, ada pendapat yang mengatakan bahwa Luqman adalah pengembala domba, tukang kayu, penjahit, dan ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah seorang budak milik Bani al-Hashaas adalah salah satu Kabilah Arab. Adapun, yang termasuk di antara budak mereka adalah Suahim yang terkenal pandai menciptakan syair. Ia terbunuh pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan satu kisah Luqman Al Hakim yang menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Seperti diceritakan oleh Nasaruddin, pada suatu ketika Luqman dan putranya hendak pergi ke pasar dengan menaiki seekor lewatlah keduanya di suatu kumpulan masyarakat. Mereka berkata, "Masya Allah bapak, apa kamu nggak kasihan, masak keledai kecilnya begitu dinaiki dua orang. Nggak ada perikebinatangannya," kata anaknya disuruh turun. Lalu, bertemu lagi dengan kumpulan masyarakat yang berbeda. Mereka berkata,"Ya Allah orang tua itu nggak tahu malu, tega-teganya masak dia naik keledai anaknya nuntun," Akhirnya Luqman pun turun dan gantian anaknya yang di suatu kumpulan masyarakat, keduanya mendapat cercaan lagi. "Masak anaknya yang muda dan kuat itu naik keledai sementara dia nuntun. Padahal sudah tua," Akhirnya keduanya memutuskan untuk turun dan menuntun keledai. Dan sama seperti sebelumnya, saat bertemu kumpulan masyarakat mereka mengatakan Luqman dan putranya adalah orang yang bodoh karena tidak mengerti fungsi al Hakim lalu memahami betapa kayanya Allah SWT dalam menciptakan manusia lengkap dengan pola yang dapat dipetik dari kisah tersebut adalah kebijaksanaan Luqman al Hakim dalam menentukan pilihan. Kisah tersebut memberikan gambaran bahwa setiap masyarakat memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai suatu kisah tersebut, masih banyak kisah lain dari Luqman Al Hakim dan putranya yang menjadi contoh dalam mengambil keputusan. Luqman juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada juga 'Bertemu Sekjen IIFA, PBNU Bahas Soal Fatwa-Islam Moderat'[GambasVideo 20detik] nwy/nwy

Bukutuntunan kisah kisah teladan berbakti kepada orang tua di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Luqman Al-Hakim Oleh Nur Hidayani Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh.” Oleh karena itu, seseorang yang berhak diteladani adalah seseorang yang memiliki akhlak mulia, jujur, selaras antara perkataan dan perbuatan. Bahkan tanpa berkata pun, perilaku seorang teladan itu dapat dijadikan contoh untuk ditiru, misalnya dalam hal keteguhan iman, keikhlasan, kesabaran, empati, dan kehalusan budinya. Sebagai orang tua, baik buruknya akhlak akan dicontoh oleh anak-anaknya. Orang tualah yang pertama dan utama dikenal dan paling dekat keberadaannya. Belajar dan terus mengkaji banyak hikmah, merupakan suatu keniscayaan sebagai upaya memantaskan diri untuk menjadi teladan. Pada kesempatan ini, mari kita ambil pelajaran dari keteladanan Luqman al-Hakim yang meskipun bukan rasul maupun nabi, akan tetapi namanya diabadikan di dalam al-Quran. Mengenal Luqman al-Hakim Bicara soal Luqman al-Hakim memang tidak ada habisnya, mulai dari perbedaan pendapat ulama tentang kenabiannya, sampai asal-usulnya. Dalam riwayat Ibnu Abbas 3-68 H, Luqman berasal dari Ethiopia. Menurut riwayat Sa’id bin Musayyab 15-94 H dan Jabir bin Abdullah 16-78 H, ia berasal dari Nubia, Mesir atau Sudan. Ia berkulit hitam, berhidung pesek, pendek, dan berbibir tebal, menurut sebagian besar riwayat Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-Adhîm, juz 6, h. 333. Meskipun dalam beberapa riwayat Luqman digambarkan sebagai seorang yang tidak menarik penampilannya, namun dia adalah seorang bijak bestari hingga dimuliakan oleh Allah dalam al-Quran. Hal ini membuktikan bahwa semua orang punya peluang yang sama menjadi kekasih Allah yang Maha Rahman dan Rahim, tanpa memandang warna kulit, latar belakang, dan muasal kelahirannya. Ia tidak sekadar memberi inspirasi, tapi inspirasi itu sendiri. Baca Juga Menggali Kebijaksanaan dari Pribadi Zuhud Pak AR Jejaknya terus hidup, mengajarkan semangat pada generasi setelahnya, terutama orang-orang yang berkeadaan sepertinya. Dalam satu riwayat, ketika seorang berkulit hitam datang, Sa’id bin Musayyab berkata, “jangan bersedih karena kau berkulit hitam. Karena sesungguhnya ada tiga manusia terbaik berkulit hitam dari Sudan Bilal, Mahja’ maula budak Umar bin Khattab, dan Luqman al-Hakim, ia orang kulit hitam dari Nubia” Ibnu Katsir, juz 6, h. 333. Luqman memiliki hati yang tulus dan akhlaknya sangat mulia. Kata-kata hikmah sebagai nasihat selalu keluar dari lisannya. Kemuliaan seseorang di hadapan Allah swt. tidak tergantung kekayaannya, paras wajahnya, kedudukan atau jabatannya, warna kulitnya dan lainnya, akan tetapi pada ketakwaan dan akhlaknya. Artinya, “Dari Ibnu Abbas ra. berkata Saya mendengar Rasulullah saw bersabda Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi beliau adalah seorang hamba yang banyak berpikir secara bersih dan penuh keyakinan sehingga ia mencintai Allah dan Allah pun mencintainya, maka dilimpahkan kepadanya al-Hikmah” HR. al-Qurthuby. Dari penuturan Ibnu Abbas ini, dapat kita ketahui bahwa berpikir, belajar, hingga menjadi orang cerdas saja tidak cukup tanpa membersihkan pikiran yang mengotori keyakinannya kepada Allah swt. Kecintaan Luqman al-Hakim kepada Allah diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk nasihat yang disampaikan dengan cara bijak dan penuh hikmah. Luqman al-Hakim dipilih Allah sebagai sosok orang tua panutan yang diabadikan namanya menjadi sebuah nama surat dalam al-Quran, yaitu surat Luqman yang merupakan surat ke-31. Alasan Luqman Mendapat Julukan Ahli Hikmah? Makna hikmah adalah mengetahui hakikat segala sesuatu apa adanya dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Hikmah juga bermakna nasihat. Menurut Ibnu Katsir, hikmah itu pemahaman, ilmu, kesungguhan memenuhi panggilan kebaikan dan konsisten atasnya. Orang yang ahli hikmah disebut dengan “al-Hakim”. Sebab itu, Luqman ini dikenal juga dengan sebutan Luqman al-Hakim Luqman ahli hikmah. Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, h. 114. Dengan demikian, Luqman dijuluki ahli hikmah atau “al-Hakim” karena memiliki pemahaman ilmu yang dalam terhadap hakikat kebaikan sesuatu dan memiliki kesungguhan dalam mengamalkannya serta menyampaikannya dalam wujud nasihat kepada anaknya. Panggilan Sayang Luqman Al-Hakim pada Anaknya Pada surat Luqman ayat 13, diberitakan kepada kita cara Luqman berinteraksi dengan anaknya sekaligus salah satu nasihat yang ia sampaikan pada sang buah hati. وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ“ Artinya, “Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dalam ayat ini, Luqman menggunakan kata “Ya Bunayya”. Dalam bahasa Arab, kata “Ya Bunayya” berasal dari kata “ibnu” yang berarti anak laki-laki. Sedangkan “Ya Bunayya” dalam kaidah bahasa Arab merupakan bentuk tashghir. Secara bahasa, “Ya Bunayya” berarti anak yang paling kecil. Sedangkan dalam hal ini, kata “Ya Bunayya” diartikan sebagai wahai anakku dalam bentuk nada panggilan yang paling halus dan paling sopan. Dengan demikian, panggilan “Ya Bunayya”, bukanlah untuk mengecilkan atau merendahkan, namun untuk menunjukan rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Yaa Bunayya adalah panggilan indah dalam al-Quran. Panggilan yang digunakan oleh para nabi dan orang orang saleh untuk permata hati mereka. Yaa Bunayya adalah sebuah kesadaran akan tanggung jawab yang besar. Kesadaran dan tanggung jawab orang tua akan amanah anak yang diberikan Allah kepada mereka. Kesadaran orang tua untuk mendidik dan menyayangi anak-anaknya demi menjaga fitrah mereka. Panggilan “Yaa Bunayya” menggambarkan betapa harmonisnya hubungan orang tua dengan anaknya, ketulusan kasih sayang dan perhatian yang dalam akan kesucian jiwa buah hatinya. Baca Juga Pendidikan Karakter Takwa dalam Keluarga Sakinah Kualitas diri orang tua diukur dari eksistensi yang dirasakan anak-anaknya. Seorang ibu bukanlah orang penting manakala dianggap tidak penting oleh anak dan suaminya. Orang tua hebat bukanlah yang bisnisnya besar dan berkembang pesat. Orang tua hebat adalah yang mampu mencukupi kebutuhan jasmani dan ruhani serta mengarahkan anak-anaknya pada ketaatan pada Rabb-nya. Jika selama ini kita merasakan banyak sekali kendala dalam berkomunikasi dengan anak, nasihat sering diabaikan bahkan ditentang, maka saatnya kita introspeksi diri. Bisa jadi terhadap anak kita minim edukasi, lemah antisipasi, enggan bercermin diri, menegakkan aturan tanpa keteladanan, meremehkan kesalahan kecil dan mengabaikan kebaikan kecil dari anak kita. Padahal anak-anak akan merasa dicintai bila didekati dengan kasih sayang dan kelembutan. Anak merasa dihargai bila sekecil apapun prestasinya diapresiasi dan kesalahan kecil diarahkan dengan bijak serta penuh dengan keteladanan. Nasihat Luqman al-Hakim dalam Mendidik Anak Bicara ihwal Luqman al-Hakim memang tidak ada habisnya. Dari mulai perbedaan pendapat ulama tentang kenabiannya, sampai asal-usulnya. Hal penting yang perlu kita ambil adalah bagaimana hikmah yang dimiliki Luqman al-Hakim dalam memberi pelajaran pada anaknya. Nasihat-nasihat Luqman al-Hakim yang sarat nilai diabadikan dalam al-Quran, surat Luqman ayat 12-19. Secara tekstual, ayat-ayat ini berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan al-Quran. Apalagi pesan Luqman dalam surat ini sebenarnya adalah pesan Allah yang dibahasakan melalui lisan Luqman al-Hakim sehingga sifatnya mutlak dan mengikat. Pesan Luqman dalam bentuk perintah berarti perintah Allah, demikian juga nasihatnya dalam bentuk larangan pada masa yang sama adalah juga larangan Allah yang harus dihindari. Al-Quran Surat Luqman ayat 12 sampai 19 memuat pokok-pokok nasihat Luqman pada anaknya, di antaranya 1 Larangan menyekutukan Allah swt. 2 Perintah bersyukur kepada Allah swt; 3 Perintah berbuat baik kepada ibu dan bapak; 4 Larangan mengikuti orang tua yang musyrik, namun tetap dipergauli dengan baik; 5 Pahala bagi orang yang beramal kebajikan; 6 Perintah melaksanakan shalat, berbuat baik dan menjauhi kemungkaran serta sabar; 7 Larangan sombong dan pentingnya bersikap tawadhu’. Baca Juga Tiga Metode untuk Memperkokoh Iman Selain tujuh ayat dalam surat Luqman, ternyata masih banyak lagi nasihat Luqman al-Hakim pada anaknya yang tidak diterangkan dalam al-Quran. Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mengumpulkan beberapa nasihat Sayyidina Luqman al-Hakim untuk anaknya. Berikut dua dari sekian banyak nasihatnya حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا سَيَّارٌ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ مَالِكٍ يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ قَالَ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ، اتَّخِذْ طَاعَةَ اللَّهِ تِجَارَةً تَأْتِكَ الْأَرْبَاحُ مِنْ غَيْرِ بِضَاعَةٍ Artinya, “Diceritakan oleh Abdullah, dari ayahku, dari Sayyar, dari Ja’far, dari Malik, yaitu Ibnu Dinar, ia bekata Luqman berkata pada anaknya “Wahai anakku, jadikan ketaatan kepada Allah sebagai perniagaan, maka keuntungan akan mendatangimu tanpa modal barang dagangan”. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ وَاسِعٍ قَالَ كَانَ لُقْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُولُ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ، اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تُرِ النَّاسَ أَنَّكَ تَخْشَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؛ لِيُكْرِمُوكَ بِذَلِكَ، وَقَلْبُكَ فَاجِرٌ Artinya, “Diceritakan oleh Abdullah, dari ayahku, dari Yazid bin Harun, menceritakan Abu al-Asyhab, dari Muhammad bin Wasi’, ia berkata Luqman al-Hakim as. berkata pada anaknya “Wahai anakku, bertakwalah kepada Allah, dan jangan tunjukkan pada manusia bahwa kau takut kepada Allah azza wa jalla karena mengharap mereka memuliakanmu dengan itu, sedangkan hatimu mudah terhanyut”. Dua nasihatnya di atas adalah bukti kecerdasan Luqman. Ia mampu menyederhanakan pengetahuan berlevel tinggi agar dimengerti anaknya. Kita asumsikan “bunayya—anakku” di sini adalah anak kecil atau remaja yang pemahamannya terhadap sesuatu belum sempurna. Dengan menggunakan diksi “tijârah—perniagaan”, ia sedang menanamkan benih ketulusan di hati anaknya, bahwa untuk permulaan, anggaplah ketaatan kepada Allah sebagai perniagaan, dan kau akan mendapatkan keuntungan tanpa mengeluarkan modal. Seiring berjalannya waktu dan pengalaman hidup berniaga sesama manusia, perlahan-lahan ia akan menyadari tidak ada mitra niaga yang sebaik Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun kalimat “maka keuntungan akan mendatangimu tanpa modal barang dagangan” dimaksudkan sebagai penguat benih ketulusan yang telah ditanamkan. Kalimat, “tanpa modal barang dagangan”, merupakan proses pengajaran agar tidak terlalu terikat dengan sifat kebendaan. Pemahaman secara sederhana, ketika seseorang berniaga dengan modal, ia mengharapkan keuntungan yang lebih dari modal yang dikeluarkannya. Jika gagal, ia akan diselimuti kekecewaan. Berbeda dengan perniagaan yang iming-iming keuntungannya tanpa mengeluarkan modal, orang yang melakukannya tidak akan berhitung untung-rugi. Nasihat untuk berprasangka baik kepada Allah husnudhan digambarkan sebagai bisnis dengan Allah yang tidak mungkin gagal. Pasalnya, Allah telah memberikan banyak modal kepada kita, dari mulai kehidupan yang tidak pernah diminta, hingga pengetahuan bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Ini menunjukkan pentingnya arti kehidupan dan pentingnya berbuat sesuatu dalam hidup dan memaknainya. Jadi, gagal dan tidaknya, tergantung prasangka kita kepada Allah sebagaimana firman-Nya hadits qudsi “Anâ inda dhanni abdî bî—Aku sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” Luqman menginginkan anaknya untuk menjadi orang yang bertakwa. Menariknya, nasihat tersebut disertai dengan peringatan bahwa kebaikan sangat dekat dengan riya dan ujub. Oleh karena itu, Luqman meminta anaknya untuk menyembunyikan ketakwaannya kepada Allah agar tidak sampai dimuliakan dan dipuji oleh manusia. Sebab, hati manusia itu sangat rapuh, mudah tertarik dan benci atas sesuatu, dan mudah terhanyut dan terbuai akan sesuatu. Sebagai permulaan, cara teraman menghindari pujian adalah menyembunyikan amal baik dari orang lain. Masya Allah, luar biasa dalamnya makna yang terkandung pada nasihat-nasihat Luqman al-Hakim pada anaknya. Inilah yang dimaksud hikmah, selain cerdas akal juga cerdas hati dan spiritualnya. Dalam buku Mizajut Tasnim fi Hikami Luqman al-Hakim karya Imam Ali bin Hasan bin Abdullah al-Aththas juga memuat beberapa nasihat Luqman al-Hakim. Di antaranya, Luqman berkata kepada anaknya, “Hai anakku, sesungguhnya dunia bagaikan lautan dalam, banyak makhluk yang tenggelam di sana. Jadikanlah iman sebagai perahumu, dan takwa sebagai isinya”. Dari pesan di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan seseorang di dunia dapat selamat dan membawa kebahagian di akhirat apabila dia membawa dua hal pokok yang tidak dapat dipisahkan yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Baca Juga Merawat Kebersamaan dalam Keluarga dengan Literasi Al-Quran Pada nasihatnya yang lain, Luqman berkata pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu terhanyut dalam urusan keduniawian yang nantinya akan membahayakan akhiratmu, dan janganlah kamu sama sekali tidak memikirkan urusan duniamu karena hal itu akan menjadikan beban pada orang lain”. Nasihat di atas berisi sebuah akhlak terhadap Allah untuk menumbuhkan rasa zuhud pada diri kita yang tentunya berdasarkan perintah-perintah dari firman-Nya untuk dilaksanakan dalam hidup di dunia. Hal tersebut karena sesungguhnya esensi dari kehidupan manusia adalah untuk mencari bekal menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Semua nasihat Luqman mengandung makna yang sangat dalam untuk menuju ketakwaan kepada Allah dan berakhlak mulia di hadapan manusia. Pantaslah bila Luqman disebut seorang ahli hikmah. Sebab, kata-katanya merupakan pelajaran dan nasihat, diamnya adalah berpikir, dan isyarat-isyaratnya merupakan peringatan. Dia bukan seorang Nabi melainkan seorang yang bijaksana, yang Allah telah memberikan kebijaksanaan di dalam lisan dan hatinya, di mana ia berbicara dan mengajarkan kebijaksanaan itu kepada manusia. Saatnya kita bertanya pada diri, kenapa kita yang dilahirkan merdeka, dengan segala kemudahannya, kadang tidak menjadi apa-apa. Hanya diingat oleh sebagian kecil keluarga dan teman, yang kemudian perlahan-lahan dilupakan orang-orang. Sedangkan Luqman, dari masih berstatus budak, meluangkan waktu untuk belajar, meluaskan kelapangan pikiran dan hatinya sehingga menjadi orang tua yang bijaksana.
Playthis game to review Religious Studies. Luqman adalah hamba Allah SWT yang .. Preview this quiz on Quizizz. Luqman adalah hamba Allah SWT yang .. KISAH TELADAN LUQMAN 1 (KELAS V) DRAFT. 5th grade. 0 times. Religious Studies. 0% average accuracy. 4 hours ago. busyrolhafi7_55842. 0. Save. Edit. Edit. KISAH TELADAN LUQMAN 1 (KELAS V

ilustrasi foto freepik – – Ulama berbeda pendapat apakah Luqman seorang Nabi atau hanya seorang yang bijak bestari. Pendapat terkuat adalah bahwa Luqman bukanlah seorang Nabi melainkan seorang ahli hikmah hakiim. Namanya diabadikan menjadi nama salah satusurat dalam Al-Qur’an. Sebagian besar ayat-ayat dalam surat Luqman bercerita tentang nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya. Pelajaran berharga yang dapat kita ambil di sini adalah seyogyanya pendidikan dasar pertama yang diterima oleh anak adalah datang dari orang tuanya sendiri. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anaknya ke jalan yang baik. Adapun sekolah hanyalah sebagai sarana pendukung dalam proses pendidikan anak secara formal. Jadi, selayaknya orang tua selalu memberikan nasehat-nasehat berharga kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil. Karena di masa-masa itu, ingatan mereka masih sangat kuat untuk merekam apa saja yang disampaikan kepada mereka. Dalam usia-usia tersebut, mereka ibarat kertas putih yang bisa ditulis dengan apa saja. Alangkah baiknya bila orang tua memanfaatkan masa-masa itu untuk membentuk karakter dan pribadi anak-anaknya dalam bingkai keimanan dan akhlak yang mulia. Ada beberapa nasehat yang diberikan Luqman kepada anaknya seperti yang tercantum dalam surat Luqman ayat 13 – 19 “Ingatlah, ketika Lukman memberi pelajaran kepada anaknya dengan ber¬kata, “Hai, Anakku! Janganlah menyekutukan Allah. Sesungguhnya, menyekutukan Allah itu kezaliman yang besar.” QS. Luqman 13 “Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang sangat lemah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Ku, kamu kembali.” QS. Luqman 14 “Jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada ilmunya, janganlah kamu menaati keduanya. Tetapi, bergaullah secara baik dengan keduanya di dunia dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat kembalimu. Lalu, akan Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “ QS. Luqman 15 “Lukman berkata, “Hai, Anakku! Sungguh, jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi yang berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya, Allah Mahahalus, Mahateliti. “ QS. Luqman 16 “Hai, Anakku! Laksanakan salat, ajak manusia melakukan perbuatan baik, cegah mereka dari perbuatan mungkar, dan bersabarlah terhadap ujian yang menimpamu. Sungguh, perkara itu sangat penting. “ QS. Luqman 17 “Jangan kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan jangan berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri. “ QS. Luqman 18 “Rendahkanlah hatimu saat berja¬lan dan lembutkanlah suaramu. Se¬sung¬guhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” QS. Luqman 19 Pelajaran itu antara lain Jangan mempersekutukan Allah. Ini merupakan pelajaran aqidah yang paling mendasar yang mesti diberikan kepada anak sejak dini. Jika iman dan aqidah sudah tertanam dengan kuat dalam dirinya, niscaya ia akan tumbuh menjadi anak yang konsisten, penuh tanggung jawab dan tegar menghadapi segala cobaan hidup. Berbakti pada kedua orang tua. Orang tua sebagai faktor lahirnya anak ke muka bumi adalah orang yang paling berhak untuk diberikan bakti oleh anak-anak. Begitu pentingnya berbakti kepada orang tua sampai-sampai dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw. bersabda “Keridhaan Allah terletak di atas keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah terletak di atas kemurkaan orang tua.” Mendirikan shalat dan melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Pembiasaan ibadah kepada anak-anak sejak kecil sangat berguna untuk memberi kesadaran kepada mereka bahwa keberadaan mereka di dunia ini semata-mata hanyalah untuk mengabdi kepada Allah swt. Dengan demikian ia akan hidup dengan sebuah misi dan target yang jelas. Misinya adalah berubudiyah kepada Allah, sementara targetnya adalah mencapai ridha Allah. Hal ini sekaligus juga akan menumbuhkan dalam diri anak keberanian memikul sebuah tugas dan tanggung jawab serta mampu bersikap disiplin. Sebab, semua jenis ibadah yang diajarkan oleh Islam mengajarkan kita untuk berani memikul amanah dan disiplin dalam menjalankannya. Di samping itu, yang dituntut dalam melaksanakan sebuah ibadah bukan sekedar lepas kewajiban, melainkan yang terpenting adalah pembentukan pribadi dan karakter yang baik yang tampak nyata dalam aktivitas sehari-hari sebagai buah yang positif dari rutinitas ibadah yang dikerjakan. Jangan berlaku sombong. Nasehat ini sangat berharga bagi anak-anak sebagai bekal dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Jika ia ingin diterima oleh masyarakat, ia mesti menjauhi segala pantangan pergaulan dalam masyarakat. Karena, jika ia bersikap sombong maka secara tidak langsung sesungguhnya ia telah merendahkan orang lain. Dan siapapun orangnya sudah pasti memiliki harga diri dan tidak akan rela bila dipandang enteng dan diremehkan. Maka, modal utama pergaulan dalam masyarakat adalah sikap tawadhu’ rendah hati dan tidak menganggap diri lebih dari orang lain. [ ] Sumber 5 Redaksi admin 860

Luqmanialah anak dari Bau'ra bin Nahur bin Tareh, dan Tareh bin Nahur merupakan nama dari Azar ayah nabi Ibrahim a.s. Luqman hidup selama 1.000 tahun. Ia menjadi guru Nabi Daud a.s. sebelum diangkat menjadi nabi. Pekerjaan Luqman pada awalnya ialah tukang kayu, tukang jahit, dan juga menggembala domba. Ia kemudian diangkat menjadi qadhi (hakim).
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT LUKMAN AYAT 12-19 Diantara sekian banyak kisah dalam al-Qur’an adalah kisah seorang tokoh bijak yang sedang memberikan nasihat kepada anaknya. Dialah luqman yang diabadikan menjadi salah satu nama surah. Secara umum kisah tersebut merupakan peringatan kepada kita akan satu kenyataan bahwa pendidikan anak merupakan tanggungjawab orang Nasihat Luqman menjadi pengajaran dan petunjuk kepada semua manusia. Permulaan pendidikan berkaitan dengan syirik, diikuti dengan perintah berbuat baik kepada kedua ibu bapa, waspada dengan pandangan Allah SWT. terhadap semua perkara sama baik kecil atau besar, mendirikan shalat, amar makruf dan nahyi mungkar, rendah diri dan menjauhi perkara-perkara dosa, adab berjalan dan menjaga suara. Secara keseluruhan nasihat Luqman merangkum kesempurnaan beragama, kepercayaan kepada hari akhirat dan keutamaan akhlak mulia. Penjelasan ayat di dalam surah Luqman menunjukan Allah SWT. juga menyeru supaya setiap orang tua mencontoh Luqman yang memiliki kesempurnaan peribadi dan pendidikan Islam. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam surah Luqman daapt dikategaorisasikan sebagai berikut pertama, aspek akidah yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah. Ketika disebut iman kepada Allah maka hal itu sudah tercakup iman kepada malikat, kitab-kitab-Nya, para nabi, hari kiamat, qadha dan qadar. Aspek ini termaktub dalam ayat 12, 13, 16. Kedua, aspek syari’ah yakni satu system norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi dua pertama, ibadah seperti shalat, thaharah, zakat, puasa, haji. Kedua, mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusdia dengan manusia dan hubungan manusdia dengan harta benda. Aspek Syariah ini termaktub dalam ayat 14, 15, dan 17. Ketiga, aspek akhlak secra etimologis akhlak adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan pencipta. Akhlak ini mencakup akhlak manusia terhadap khaliknya, manusia terhadap makhluk. Aspek ini termaktub dalam ayat 14, 15, 18, dan 19. Baik ibadah, mu’amalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah. Ketiganya berhubungan secara korelatif dan tidak bisa dipisah-pisahkan. A. Nilai Pendidikan Ibadah Ibadah merupakan salah satu bentuk amalan yang wajib dilaksanakan kepada Allah oleh seorang hamba. Amalan ini dibebankan karena seorang hamba telah mengakui bah diri merupakan makhluk Allah yang senantiasa melaksanakan pengabdiannya kepada sang Khalik. Karena hal itulah, maka Allah berhak menerima pengabdian hamba-Nya dalam bentuk amal ibadah. Oleh karena itu, pendidikan ibadah mesti diterima oleh seseorang hamba, karena pendidikan merupakan salah syarat untuk melaksanakan ibadah. Di sisi lain, pendidikan ibadah kepada hamba baik berupa ibadah shalat sebagai sarana untuk mencegah dari kejahatan. Demikian juga diwajibkan melaksanakan ibadah untuk memberikan ketengangan kepada diri seorang hamba, karena dengan melaksanakan amal ibadah akan tercapai ketengangan dalam menjalani kehidupan ini. Sebenarnya kewajiban melaksanakan ibadah ini sudah ada sejak masa sebelum Islam berkembang, dan hal ini pernah diterangkan secara tegas, karena pada masa itu manusia masih labil dalam menganut ajaran syari’atnya masing-masing, sehingga perintah untuk melaksanakan ibadah masih sangat lemah untuk dilaksanakan.[1] Dalam memberikan pendidikan ibadah kepada seorang anak manusia tidak pernah terjadi perbedaan, karena pendidikan ini selalu berpedoman secara langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Apalagi para ulama fiqih berpedoman pada ayat dan hadits yang sama, sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan dalam menentukan bagaimana cara melaksanakan amal ibadah kepada Allah. Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang dibaktikan untuk mendapatkan keridaan Allah semata. Karena itu, kalu kita benar-benar mengharapkan ibadah shalat dan puasa kita diterima oleh Allah, maka kita harus menjalankan ibadah ini sesuai dengan pedoman dan tuntunan yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan Hadist, tanpa menambah dan mengurangi sama sekali.[2] Allah berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 78 أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوداً الإسراء ٧٨ Artinya Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat.Qs. Al-Isra 78 Al-Qur’an terus menceritakan tentang nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Beliau menasihatkan anaknya agar memantapkan akidah yang telah berada dalam jiwa melalui amalan tawajjuh kepada Allah SWT. Dengan ibadat shalat. Ibadat shalat merupakan amalan paling mulia yang dilakukan semata-mata untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Firman Allah SWT يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ لقمان ١٧ Artinya Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.Qs. Lukman17 Shalat adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditegakkan setiap hari lima waktu selama masih hidup, dengan sempurna yaitu memenuhi syarat dan rukunnya. B. Nilai Pendidikan Aqidah Agama Islam mengandung sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktifitas pemeluknya yang disebut aqidah. Aqidah Islam berisikan ajaran tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Karena Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, maka aqidah merupakan sistem kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam.[3] Allah SWT. Menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan baik, bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan adalah jangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun sebagaimana firman Allah SWT وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ لقمان ١٣ Artinya Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Qs. Lukman13 Menurut Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an disebutkan bahwa Ini adalah satu nasihat yang jujur karena tiada lain tujuan seorang bapak melainkan supaya anaknya mendapat kebaikan dan tidak ada sikap yang wajar bagi seorang bapak terhadap anaknya melainkan memberi nasihat. Di sini Luqmanul-Hakim melarang anaknya dan mempersekutukan Allah dengan alasan bahawa perbuatan syirik adalah suatu yang amat besar[4]. Beliau menekankan hakikat ini dua kali. Yang pertama dengan mengemukakan larangan dan menjelaskan alasannya dan yang kedua dengan menggunakan kata-kata penguat yaitu “inna” dan “lam” pada “lazulmun”. lnilah hakikat yang dikemukakan Nabi Muhammad SAW. kepada kaumnya lalu mereka mempertikaikannya dan mengatakan penceritaan ini sebagai ada udang dibalik batu. Mereka takut cerita ini bertujuan untuk mencabut kekuasaan mereka dan menunjukkan kelebihan atas mereka. Apakah yang ada pada nasihat Luqmanul-Hakim yang dikemukakan kepada anaknya? Tidakkah nasihat seorang bapak kepada anaknya itu bersih dari segala keraguan dan jauh dari segala prasangka yang buruk? Sebenarnya itulah hakikat yang amat tua yang disebut oleh setiap orang yang dikaruniakan Allah pengetahuan hikmat yang bertujuan semata-mata untuk kebaikan bukannya tujuan yang lain darinya. lnilah penerangan psikologi yang dimaksudkan disini[5]. Persoalan akidah diungkapkan melalui larangan Luqman al-Hakim kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah SWT. Syirik ialah sebuah pernyataan atau ungkapan yang meletakkan kedudukan Allah SWT setaraf dengan makhluk sama ada pada zat, sifat, mengingkari kewujudan Allah SWT. atau menyifatkan Allah SWT. dengan sesuatu sifat kekurangan. Syirik yang dimaksudkan dalam surah Luqman ini merujuk kepada syirik uluhiyyah kerana alasan nasihat Luqman al-Hakim menegaskan perbuatan syirik seperti melakukan kezaliman kepada Allah SWT. Firman Allah ayat 13 .......إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ لقمان ١٣ Artinya …Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.Qs. Lukman 13 Pengertian dzalim ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya manakala adil pula meletakkan sesuatu pada tempatnya. Seseorang yang menyamakan antara pencipta dengan makhluk atau menyamakan Allah SWT. Dengan berhala dikatakan sebagai orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Oleh karena itu, orang yang syirik dikatakan telah melakukan satu kezaliman dan dosa yang besar kepada Allah. Al-Khudari menjelaskan sebagaiman yang dikutip oleh sa’ad Abdul Wahid bahwa perbuatan syirik inilah yang pertama kali diberantas oleh Rasulullah SAW. Maka ketika beliau berhasil merebut kembali kota Makkah, yang pertama kali diperintahkan adalah merobohkan dan menghancurkan semua berhala dan segala macam patungyang menjadi sesembahan kaum musyrikin, yang ditempatkan disekitar Ka’bah. Ketika itu Rasulullah SAW bersabda ”Datanglah kebenaran dan hancurlah kebathilan”, sebab sebenarnya syirik itulah kebatilan yang mengotori aqidah.[6] Persoalan akidah tentang kepercayaan kepada hari akhirat dijelaskan dengan lebih mendalam oleh Luqman al-Hakim dalam ayat 16. Nasihat ini disampaikan melalui kaedah yang sangat bijak. Beliau telah mengaitkan persoalan tersebut dengan kehalusan dan kesyumulan ilmu Allah SWT. serta kekuasaanNya. Firman Allah SWT., يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ لقمان ١٦ Artinya Wahai anakku! Sesungguhnya jika sesuatu itu hanya seberat biji sawi sekalipun ia tersembunyi dalam batu atau berada di langit atau di bumi niscaya Allah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui. Qs. Lukman16 Menurut Sa’ad Abdul Wahid , khardal adalah nama suatu tumbuh-tumbuhan yang buahnya atau bijinya sangat kecil dan hitam, tumbuh-tumbuhan tersebut biasanya hidup di lading-ladang dan di pinggir jalan dan dapat dijadikan sebagai harum-haruman dan dapat juga dijadikan sebagai bumbu masak.[7] Inilah nasihat yang sangat besar manfaatnya, dikisahkan oleh Allah SWT. Dari apa yang diwasiatkan oleh Luqman, agar manusia mencontohnya dan mengikuti jejaknya, sebagaimana yang terkandung dalam ayat diatas, yakni sesungguhnya perbuatan aniaya atau dosa sekecil apapun, misalnya sebesar biji sawi. Nasihat Luqman al-Hakim dalam ayat di atas dapat membangkitkan daya imaginasi anaknya tentang tempat tersembunyi sesuatu rahasia yang amat dalam dan luas. Di samping itu nasihat beliau juga dapat menyedari hati anak bahawa ilmu Allah SWT. tetap menjejaki segala kebaikan dan keburukan walau sebesar biji sawi. Seterusnya akan tertanam hakikat persoalan hari akhirat ke dalam hati anaknya di sebalik nasihat beliau. Hal ini bersesuaian dengan ajaran al-Quran yang mahu menanam konsep kepercayaan kepada hari akhirat ke dalam hati setiap manusia dengan kaedah penerangan yang menarik. Setiap perbuatan manusia semasa hidup di dunia akan kembali kepada individu yang melakukan perbuatan tersebut. Luqman al-Hakim mendidik anak-anaknya dengan kepercayaan kepada pembalasan Tuhan. Beliau menegaskan setiap perbuatan akan dibalas Allah SWT. sekalipun lebih kecil daripada biji sawi. Justru Luqman al-Hakim berpesan kepada anak-anak supaya sering menziarahi jenazah karena dapat mengingatkan tentang pembalasan Tuhan. Beliau berkata Sekiranya kamu berada di dua persimpangan iaitu sama ada menziarahi kematian atau memenuhi jemputan kenduri kahwin. Maka hendaklah kamu menziarahi jenazah karena mengingatkan kamu kepada kematian, sebaliknya menghadiri majlis kenduri kahwin bisa melupakan kamu dari mengingat Tuhan. Pada ayat ini Allah memberikan penjelasan tentang akhlak, dengan mengungkapkan riwayat pendidikan Luqman terhadap anaknya. Luqman menjelaskan kepada anaknya bahwa amal saleh sekecil apapun, yang tidak terlihat dan tidak terdengar oleh siapapun Allah tetap melihatnya dan akan memberikan balasannya, sebab Allah maha mengetahui dan maha adil. Karena itu jika mengerjakan sesuatu kebajikan janganlah mengharapkan penghargaan dari manusia, melainkan hendaklah berniat hanya mengharapkan keridhaan dari Allah semata. Allah yang maha kuasalah yang menilai dan memperhitungkan amal setiap orang, dan hanya Dialah yang memberi penghargaan dan pahala amal saleh yang dikerjakan oleh siapa pun asalkan dikerjakan dengan ikhlas. Nasihat Luqman tersebut memiliki makna yang sangat mendalam untuk memperkuat taqwa, iman dan tawakal kepada Allah. Perlu disadari bahwa tidak semua pekerjaan mendapat penghargaan dari manusia, bahkan kadang-kadang tidak diakuinya. Maka dengan hanya mengharapkan keridaan dari Allah, seseorang akan mendapatkan ketenangan, dan hatinya akan terobati dengan mengharapkan pahala dari Allah di akhirat nanti.[8] C. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Islam Ajaran akhlak merupakan sentral kehidupan manusia, karena itu akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut pertama, perbuatan akhlak adalah perbutan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian seseorang. Kedua, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa ada pikiran kotor. Ketiga, akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata.[9] Dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 14-15 Allah SWT. Menjelaskan tentang akhlak sebagai berikut وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ, وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ لقمان ١٤-١٥ Artinya Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Luqman 14-15. Dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an dijelaskan bahwa perintah kepada anak-anak supaya berbuat baik kepada ibu bapak berulang-ulang kali disebut di dalam al-Qur’anul-Karim dan di dalam perintah-perintah Rasulullah SAW., tetapi perintah kepada ibu bapa supaya berbuat baik kepada anak-anak hanya disebut sedikit saja dan kebanyakannya mengenai peristiwa mengubur anak hidup-hidup, yaitu satu peristiwa tertentu yang berlaku di dalam suasana-suasana tertentu. Ini disebabkan kerana fitrah saja sudah cukup untuk mendorong ibu bapak mengambil berat terhadap keselamatan anak-anaknya. Fitrah memang didorong ke arah melindungi generasi baru untuk menjamin kesinambungan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah. Ibu bapak akan mengorbankan tubuh badan mereka, otak mereka, umur mereka dan segala sesuatu yang mahal yang dimiliki mereka demi kepentingan anak-anak mereka. Mereka membuat pengorbanan-pengorbanan itu tanpa marah atau mengadu, malah tanpa kesadaran mereka, malah mereka berkorban dengan cermat dan senang hati seolah-olah merekalah yang menerima. Pendeknya fitrah sudah cukup untuk mendorong ibu bapak menjaga anak-anaknya tanpa perintah, tetapi kepada si anak pula ia perlu diperintah berulang-ulang kali supaya memberi perhatian kepada generasi ibu bapak yang berkorban setelah mencurahkan usia dan jiwa mereka kepada generasi baru yang menghadapi masa depan kehidupannya. Si anak tidak dapat menggantikan separuh pengorbanan yang telah dilakukan orang tuanya walaupun dia memberi seluruh umurnya untuk mereka. Gambaran menarik di dalam ayat “dia telah dikandung ibunya yang mengalami kelemahan demi kelemahan dan menyapihnya dalam dua tahun” adalah menggambarkan bayangan dan pengorbanan mereka yang luhur itu. Si ibu sudah tentu menanggung pengorbanan yang lebih besar dan dia melakukan pengorbanan itu dengan perasaan kasih mesra yang lebih hebat, lebih mendalam, lebih lembut dan halus.[10] Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban anak-anak yang beragama Islam menunaikan kewajiban kepada ibu bapa yang kafir seperti menghormati, bergaul mesra, menjalinkan silatulrahim dan menafkahkan rezeki kepada mereka. Firman Allah SWT. .....وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً.. لقمان ١٥ Artinya .....dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ... Luqman 15. Pergaulilah di dalam ayat di atas ialah berbuat baik dan mengekalkan silatul rahim.[11] Luqman al-Hakim juga melaksanakan perintah Allah SWT dalam pendidikan anak-anaknya berdasarkan kepada ayat ini seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Qushairi. Menurut beliau anak dan isteri Luqman al-Hakim adalah kafir. Oleh itu, Luqman al-Hakim tidak pernah berputus asa malah senantiasa mendidik dan menasihati kedua-duanya sehingga kembali kepada Islam. Setelah anak dan isteri beliau kembali kepada Islam, Luqman al-Hakim tetap mengawasi mereka agar kekal di dalam Islam. Setiap orang Islam yang beriman diperintah supaya bergaul secara baik dengan ibu bapak yang bukan Islam seperti bertentangan prinsip dan bersikap terbuka di dalam pergaulan tetapi tidak mentaati atau melakukan perkara-perkara syirik kepada Allah SWT. Kesalahan syirik merupakan dosa yang paling besar dan tidak diampunkan Allah SWT. Hak-hak kedua ibu bapak mesti ditunaikan sekalipun berlainan agama. Asma' Abu Bakar as-Siddiq berkata Ibuku datang ke rumah, sedangkan ia seorang musyrik. Lalu aku menemui Rasulullah SAW. untuk bertanyakan tentang hal ibu aku. Aku berkata Ya, Rasulullah ibuku yang kafir datang mengharapkan bakti kewajibanku sebagai puterinya. Apakah aku boleh menerima dan berhubung baik dengan beliau? Rasulullah SAW. bersabda Ya, peliharalah hubungan baiknya. Tanggungjawab anak terhadap ibu bapak yang kafir tidak boleh diabaikan. Anak-anak wajib memberi perbelanjaan berbentuk harta kepada orang tua jika mereka miskin, lemah lembut di dalam percakapan dan berdoa agar mereka menerima Islam. Anak-anak perlu memikir dan mengenangkan jasa dan pengorbanan mereka sebagai orang tua. Allah SWT. juga tidak menghalang manusia berbuat baik kepada orang kafir yang menghormati dan mencintai kehidupan yang harmonis. D. Nilai Pendidikan Muamalah Pelaksanaan amal ibadah juga sesuai dengan kemampuan seorang hamba, karena seseorang tidak mungkin dibebankan sesuatu diluar kemampuannya. Namun demikian penekanannya adalah kebaikan. Pada dasarnya, syari’ah merumuskan tentang permasalahan yang menyangkut dengan aqidah, ibadah dan akhlak seorang hamba kepada Tuhannya,. demikian juga mencoba meramu konteks aqidah, ibadah dan akhlak ini dalam bentuk nilai-nilai aplikatif. Konsep iman yang dibicarakan dalam bacaan pada umumnya mengacu pada masalah berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut Mahmud Syaltut, yang dimaksud dengan keimanan “mengamalkan apa-apa yang telah diamalkan oleh Nabi saw dan para sahabatnya; disebut “taqwa” karena mereka teguh mengikuti sunnah Nabi saw; disebut muslimin, karena mereka berpegang di atas al-haq kebenaran, tidak berselisih dalam agama, mereka terkumpul pada para imam al-haq, dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama”. Pada fitrahnya memang setiap individu itu telah diberikan hidayah kebaikan berupa ketauhidan dan keimanan oleh Allah SWT. Akan tetapi iman dan tauhid itu dapat saja berubah ke arah kelunturan apabila tidak disiram dan dipupuk dengan bimbingan ke jalan menuju ke arah keimanan dan Islam.[12] Setelah berhasil membentuk pribadi yang baik dengan shalat maka hendaknya berupaya melakukan amar ma’ruf nahyi munkar, mengajak manusia berbuat kebajikan, misalnya, menegakkan keadilan, gotong royong mendirikan tempat ibadah, tempat pendidikan dan sebagainya, sesudah itu berusaha memberantas kemunkaran, misalnya perjudian, perzinaan, pencurian, penjarahan, dan sebagainya. Upaya untuk perjuangan tersebut tidaklah mudah, sebab akan menghadapi berbagai macam tantangan, bahkan perlawanan dari orang-orang yang tidak senang kepada perjuangan Islam. Untuk itulah diperlukan kesabaran yang luar biasa. Pendidikan Luqman al-Hakim seterusnya menitik beratkan tanggung jawab seorang muslim kepada diri sendiri dan masyarakat yaitu amr ma’ruf dan nahyi mungkar seperti yang dinyatakan dalam ayat 17, surah Luqman. ... وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ .. لقمان ١٧ Artinya ...Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka daripada perbuatan yang mungkar”.Qs. Lukman17 Amar makruf dan nahyi mungkar merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan, yang mampu menentukan kualitas terbaik seseorang muslim seperti firman Allah SWT. ayat 110, surah Ali Imran, كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ آل عمران ١١٠ Artinya Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah daripada mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka. Antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.Qs, ali-Imran110 Imam al-Syairazi mengartikan pengertian amar makruf dan nahyi mungkar dengan maksud menyuruh kepada kebaikan dan mencegah perkara maksiat dan perbuatan yang buruk serta memperbaiki kehidupan masyarakat.[13] Menurut Imam Syeikh Ismail Haqqi al-Barusawi, amar makruf ialah mengajak manusia melakukan kebaikan, iaitu perkara yang boleh mendekatkan manusia dengan Allah SWT., manakala nahyi mungkar pula ialah mencegah manusia dari melakukan perkara-perkara keji, yang bisa melupakan manusia dari mengingat Allah SWT. Setelah Luqman al-Hakim mendidik anaknya dengan perintah solat untuk kesempurnaan pribadi maka seterusnya beliau menyuruh anaknya melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar untuk menyempurnakan orang lain. Orang yang sentiasa mengajak orang lain kepada kebaikan seolah-olah dirinya sendiri yang melakukan kebaikan. Nahyi mungkar pula perlu dilakukanbukan hanya dengan tangan, lidah atau hati. Luqman al-Hakim menyediakan keperibadian seorang pemimpin kepada anaknya untuk berhadapan dengan masyarakat. Hal ini terungkap di dalam kisah pendidikan beliau. Luqman ditanya anaknya Siapakah sejahat-jahat manusia? Beliau berkata Orang yang tidak memperdulikan manusia sekeliling mengatakan bahawa ia seorang yang jahat. Orang yang tidak memperdulikan nasihat, kritikan dan pandangan orang lain terhadap dirinya malah tetap kekal dengan perkara mungkar, maka orang tersebut merupakan orang yang sangat jahat pada pandangan Luqman al-Hakim. Selain daripada itu, Amar ma’ruf dan nahyi mungkar juga mempunyai maksud mengawali setiap aktivitas umat Islam dalam setiap aspek kehidupan, yaitu memastikan umat Islam melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran berdasarkan garis paduan yang telah ditetapkan agama. Luqman al-Hakim telah mendidik anaknya untuk melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dengan sempurna setelah melaksanakan tanggungjawab terhadap Allah yaitu shalat.[14] Luqman al-Hakim memberi pendidikan tentang sabar kepada anaknya setelah beliau selesai melaksanakan perintah pendidikan shalat dan melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar. Sabar di atas segala kesusahan, kepayahan dan perkara-perkara yang berkaitan degan ketuhanan. Perlaksanaan amar makruf dan nahyi mungkar pada kebiasaannya akan berhadapan dengan pelbagai kesusahan dan sangat menyakitkan hati. Oleh itu seseorang itu sangat dituntut supaya bersabar Firman Allah SWT. ayat 17, surah Luqman ...وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ لقمان ١٧ Artinya .... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.Qs. Lukman17 As-Sabru menurut Sa’ad Abdul Wahid adalah kemampuan menahan diri dari segala macam larangan Allah SWT dan kemamapuan menghadapi segala macam cobaan, baik cobaan jasmani maupun rohani. Sabar itu pengaruhnya sangat besar sehingga melahirkan kekuatan jiwa yang luar biasa.[15] Maksud sabar di dalam ayat di atas ialah bersabar ke atas segala kesusahan karena hidup di dunia penuh dengan kepedihan dan kepayahan. Manakala kerehatan itu hanya ada di dalam syurga saja. Sifat sabar yang dianjurkan oleh Luqman al-Hakim termasuk sabar ketika diuji Allah SWT. dengan ketakutan terhadap musuh, kelaparan karena ketiadaan makanan, kehilangan harta benda dan nyawa seperti kemusnahan ladang pertanian dan kematian ahli keluarga. Hanya orang yang sabar sahaja akan mendapat rahmat daripada tuhannya. Sabar hanya dapat diperoleh dari pendidikan ilmu dan makrifat. Hasil sifat sabar akan dapat membentuk tatasusila yang tinggi dan akhlak yang teguh. Sabar merupakan sifat orang beriman. Justru orang yang sabar ialah mereka yang bersabar ketika kesusahan dan bersyukur di atas perkara-perkara kenikmatan. Sesungguhnya sabar dalam bala sangat sukar kepada setiap orang. Ayat seterusnya menegaskan tentang perintah mendirikan solat, perlaksanaan amar makruf dan nahyi mungkar dan kepentingan konsep sabar termasuk dalam kategori akhlak yang mulia. Luqman al-Hakim memulakan pendidikan dengan wasiat mendirikan shalat dan diakhiri dengan perintah supaya sabar karena tiang pertolongan daripada keredaan Allah SWT. ialah sabar, Wahbah al-Zuhaili pula berpendapat nasihat Luqman al-Hakim dimulai dengan shalat karena shalat merupakan tiang agama dan diakhiri dengan konsep sabar kerana sabar adalah asas yang tetap untuk melaksanakan segala ketaatan dan tiang keredaan Allah SWT. Luqman al-Hakim memberi alasan dan peringatan kepada anaknya agar berhati-hati dengan sifat sombong karena sikap tersebut akan mengundang kemurkaan Allah SWT., firman Allah SWT. ayat 18, surat Luqman إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ لقمان ١٨ Artinya ...Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.Qs. Lukman18 Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an beliau menjelaskan bahwa berda’wah kepada Allah tidak mengharuskan seseorang bersifat takbur terhadap manusia atau bersikap angkuh atas nama memimpin manusia ke arah kebaikan dan lebih-lebih lagi sikap angkuh tanpa berda’wah kepada kebaikan. Ini adalah lebih buruk dan lebih keji lagi Kata-kata “as-Sa’r” bererti sejenis penyakit unta yang membuat lehernya menjadi teleng. Uslub al-Quran telah memilih kata-kata ini untuk meliarkan manusia dari teleng angkuh yang serupa dengan teleng penyakit unta, yaitu tingkah laku sombong dan tidak menghiraukan manusia, gaya memalingkan muka menunjukkan kesombongan. Berjalan di bumi dengan lagak yang sombong ialah berjalan dengan gaya takabur dan tidak mempedulikan manusia, yaitu satu lagak yang dibenci Allah dan juga oleh manusia. Gerak-gerik dan lagak yang seperti ini adalah membayangkan seseorang itu ditimpa penyakit takabur “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”[16] Perkataan Mukhtal disifatkan kepada orang yang berjalan dengan gaya sombong dan takabur termasuklah gaya berjalan yang melenggang-lenggok karena kegembiraan mendapat nikmat yang banyak. Sedangkan fakhur berarti orang yang selalu memuji-muji diri sendiri dan menghina orang lain yang tidak sama seperti dirinya.[17] Dalam al-Qur’an kata “mukhtal” sombong dan “fakhur” membanggakan diri selalu disebutkan dalam satu susunan, misalnya pada surat an-Nisa 36 disebutkan وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً النساء ٣٦ Artinya Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,Qs. An-Nisa36 Allah tidak mencintai orang yang sombong karena orang yang sombong merasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain, merasa lebih pandai, merasa lebih kaya, merasa lebih kuat dan sebagainya. Sehingga memandang orang lain lebih rendah, maka apabila melakukan kesalahan amat sulit diluruskan, dan tidak mau menerima nasihat. Luqman telah melarang anaknya bersikap sombong dan angkuh melalui nasihat yang sangat sopan, ayat 18, surat Luqman وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ لقمان ١٨ Artinya Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Qs. Lukman 18 Ibnu Kasir mengatakan bahwa janganlah kamu memalingkan mukamu saat berbicara dengan orang lain, atau saat mereka berbicara kepadamu, kamu lakukan itu dengan maksud menganggap remeh dan bersikap sombong kepada mereka. Akan tetapi bersikap lembutlah kamu dan cerahkanlah wajahmu dalam menghadapi mereka.[18] Sayyid al-Qutb pula melihat larangan ini dari dua sudut yang berbeza pertama sebagai adab dalam berdakwah. Allah SWT. mengharamkan seseorang yang bersifat sombong dan angkuh semasa memimpin manusia kepada kebaikan. Kedua, lebih buruk lagi jika sikap ini diamalkan oleh orang-orang yang tidak pernah berdakwah kepada kebaikan.[19] Walau bagaimanapun, ayat ini mempunyai sejarah asbab al-nuzul yaitu tentang teguran Allah SWT. terhadap layanan Rasulullah SAW. kepada orang buta . Menurut kitab Durr al-Manthur, persamaan hak antara orang fakir dan orang kaya di dalam menuntut ilmu pengetahuan mesti diberi penekanan penting. Dalam surat Luqman ayat 19 dijelaskan bahwa وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ لقمان ١٩ Artinya Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.Qs. Lukman19 Menurut Sayyid Qutb, maksud sederhana di sini ialah gaya berjalan yang hemat, tidak melampai batas, tidak membuang tenaga menunjuk-nunjukkan lagak dan lenggang-lenggoknya yang sombong, juga gaya berjalan yang mempunyai matlamat karena perjalanan yang mempunyai tujuan dan matlamat itu tidak teragak-agak dan tidak berlenggang-lenggok malah terus menuju kepada tempat tujuannya dengan mudah dan lancar.[20] Merendahkan suara ketika berbicara menjadikan adab sopan dan kepercayaan kepada diri sendiri dan keyakinan kepada kebenaran dan kekuatan apa yang diucapkannya. Orang-orang yang biadab saja yang berbicara dengan suara yang keras dan bahasa yang kasar atau orang-orang yang ragu-ragu terhadap nilai perkataannya atau terhadap nilai dirinya sendiri lalu dia berusaha melindungi keraguannya itu di balik kata-katanya yang tajam, kasar dan keras. [1] Hasbi ash-Shiddiqy, al-Islam II, Semarang Pustaka Rizki Putra, 1999, hlm. 316. [2] Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta PT. Toko Gunung Agung, 1997, hal. 279. [3]Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Depertemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta Bulan Bintang, 2000, hal. 126. [4] Sayyid Qutb. Fi Zilal al-Quran Juzu’ 5. Beirut Dar al-Syuruk. 1988, hal. 65. [6] Sa’ad Abdul Wahid, Tafsir al-Hidayah ayat-ayat aqidah jld I, Yogyakarta Suara Muhamadiyyah, 2003, hal. 108 [7] Wahid, Tafsir,..., hal. 115. [8] Wahid, Tafsir,..., hal. 117-118. [9]Zainal Abidin Ahmad, Pendidikan Akhlak, Jakarta Bulan Bintang, 1976, hal. 82. [10] Qutb. Fi Zilal,..., hal. 120-122 [11] Al-Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafisr Jalalain, Bandung Sinar Baru Algesindo, 2004, hal. 1747. [12]Hamka, Pelajaran Agama Islam, Jakarta Pustaka Panjimas, 1956, hal. 176. [13] Tantawi, Muhammad Sayyid. Al-Tafsir al-Wasit Li al-Quran al-Karim. Mesir Dar al-Maarif. 1985, hal. 39. [14] Qutb. Fi Zilal,..., hal. 123. [15] Sa’ad Abdul Wahid, Tafsir Al-Hidayah, ....., hal, 116. [16] Qutb. Fi Zilal,....,hal. 123 [17] Zuhaily, Tafsir..., hal. 38 [18] Katsir, Tafsir., hal. 185. [19] Sayyid Qutb. Fi Zilal...,hal. 123.
PemudaDalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah: Pemuda Islam Yang Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits, 2019 Misbahul Wani
ArticlePDF AvailableAbstractThe result of this study —library research— showed that the values of Islamic education are contained in the Holy Qur’an surah Luqman. There are at least three basic education, namely aqidah education, syari’ah education and character education. Aqidah education, there are two things 1 prohibition of associating partners with Allah. Luqman al-Hakim himself had to prioritize monotheism education tauhid to his children, 2 believe in the place of hereafter. Luqman ordered his children to believe the reward of all his deeds. Especially retaliation for our gratitude to Him for every blessing and our sense of respect for both parents. Syari’ah Education, there are two things, namely a command set up prayer and amar marūf nahy munkar. Character education, which is the command to ingratitude towards Allah SWT. For all the blessings and grace of God, we should be grateful to Him. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Belajea Jurnal Pendidikan Islam vol. 2, no 02, 2017 STAIN Curup – Bengkulu p-ISSN 2548-3390; e-ISSN 2548-3404 Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman Ahsanul Fuadi dan Eli Susanti Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta ahsanulfuadi elisusanti1992 Abstract The result of this study —library research— showed that the values of Islamic education are contained in the Holy Quran surah Luqman. There are at least three basic education, namely aqidah education, syariah education and character education. Aqidah education, there are two things 1 prohibition of associating partners with Allah. Luqman al-Hakim himself had to prioritize monotheism education tauhid to his children, 2 believe in the place of hereafter. Luqman ordered his children to believe the reward of all his deeds. Especially retaliation for our gratitude to Him for every blessing and our sense of respect for both parents. Syariah Education, there are two things, namely a command set up prayer and amar ma‗rūf nahy munkar. Character education, which is the command to ingratitude towards Allah SWT. For all the blessings and grace of God, we should be grateful to Him. Keywords Luqman al-Hakim; values education, Abstrak Artikel ini merupakan penelitian kepustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Islam termuat dalam al-Quran Surat Lukman. Setidaknya ada tiga tingkatan yaitu pendidikan aqidah, pendidikan syariah, dan pendidikan karakter. Pendidikan aqidah meliputi dua hal 1 larangan mensekutukan Allah. Lukman Hakim memprioritaskan pendidikan tauhid kepada anak-anak; 2mempercayai hari akhir. Lukman Hakim mengajarkan kepada anak-anaknya untuk mempercayai balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia. Pendidikan syariah meliputi dua hal, yaitu mendirikan sholat dan amar ma„rūf nahy munkar. Pendidikan karakter meliputi perintah untuk bersyukur kepada Allah atas semua karunia-Nya. Keywords Luqman al-Hakim; Nilai-nilai pendidikan. Pendahuluan Nilai diarti denotatifnya dapat dimaknai sebagai harga. Namun ketika nilai dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tertentu, harga yang terkandung di dalamnya memiliki pemaknaan yang bermacam-macam. Selanjutnya kaitan dengan nilai pendidikan, maka, mengandung arti konsep pendidikan menjadi bahan utama dalam pertimbangan nilai. Dengan demikian, nilai pendidikan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah sesuatu yang berharga yang memiliki kaitan dan mendukung pemikiran dan pelaksanaan pendidikan khususnya dalam surah Luqman yakni 126 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017                   12 Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Luqman12 Al-quran adalah kitab suci terbesar yang tidak ada tandingannya. Di dalamnya memuat segala macam petuah/nasehat, ibroh, nilai pendidikan dan lain sebagainya yang tidak mungkin dibuat oleh seseorang sehebat, dan sepandai apapun seseorang tersebut. Sebagai kitab rujukuan bagi dunia pendidikan, Al-Quran memuat nilai-nilai pendidikan yang luhur yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sepanjang masa. Salah satu surat yang memuat banyak tentang pendidikan adalah surat Luqman dan dalam kaitannya dengan dunia pendidikan akan menjadi sesuatu yang penting dan menarik apabila kita menggali nilai-nilai pendidikan yang ada dalam surat Luqman. Dalam kaitan pendidikan tersebut penulis akan memaparkan nilai-nilai pendidikan yang tertulis dalam surat luqman ayat 12-19, yang merupakan inti dari sebuah nilai pendidikan karena ayat tersebut berisi tentang nasehat-nasehat Luqman pada anak-anaknya. Yang apabila digali ungkapan nasehat di dalamnya, maka akan terungkap nilai-nilai pendidikan yang luas, karena Luqman adalah orang yang dipilih Allah yang telah diberi keluasan ilmu dan diberi anugerah untuk melaksanakan ilmu yang dimilikinya. Kemampuan yang ada pada Luqman selanjutnya Allah menyebutnya dengan telah memberikah hikmah kepadanya yang berarti bahwa mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan Surat Luqman adalah surat yang ke 31 dalam Al-Quran yang terdiri dari 34 ayat. Termasuk golongan surat Makiyyah, karena diturunkan di Mekah sebelum Hijrah. Surat ini dinamakan Luqman yang diambil dari ayat 12. Para ulama memaknai hikmah sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan menghalangi terjadinya mudarat atau kesulitan yang lebih besar dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini ditarik dari kata hakamah yang berarti kendali, karena kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan terbaik yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah, memilih yang terbaik dari dua hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai hakim bijaksana Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 127 karena ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah, ia adalah ilmu yang didukung oleh amal dan amal yang tepat dan didukung oleh ilmu. Pembahasan 1. Sekelumit kisah tentang Luqman al-Hakim  Luqman yang dipilih Alloh yang namanya diabadikan dalam Al-Quran untuk memaparkan dengan lisannya tentang perkara tauhid, perkara akhirat dan perkara-perkara yang lain yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan berbeda-beda dan bermacam-macam riwayat tentang dirinya. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi. Dan ada pula yang mengatakan bahwa dia hanyalah seorang hamba yang saleh bukan seorang nabi, dan kebanyakan ulama mendukung pendapat Quraish Shihab dalam tafsirnya menuliskan bahwa orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama Luqman, pertama Luqman Ibn ‗Ad, tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandaianya. Ia kerap dijadikan sebagai permisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua, adalah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya. Agaknya dialah yang dimaksud dalam surah ini. Mengenai keberadaan kewarganegaraan sosok Luqman al-Hakim inipun banyak pendapat mengenai siapakah dia. Ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari Nuba, dari dari penduduk Ailah. Ada juga yang mengatakan bahwa dia berasal dari Etiopia, ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah seorang hemat penulis, siapaun Luqman al-Hakim, adalah tidak perlu diperdebatkan keberadannya, yang terpenting adalah bahwa menggali dan menyelami pelajaran-pelajaran yang dapat di ambil melalui nasehat-nasehatnya merupakan sesuatu yang bijaksana, berdasarkan pesan “dengarkanlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan” Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Jakarta, Gema Insani. 2004. jilid 17, Hlm. 261 M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jakarta, Lentera hati, 2006. Volume 11. Hlm. 125-126 128 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 pendidikan dalam Surat Luqman dan Implementasinya dalam dunia pendidikan Setelah mengetahui sosok Luqman al-Hakim, berikut kami paparkan pelajaran/pesan-pesan yang disampaikan oleh Luqman Al-Hakim yang tertuang dalam Luqman ayat 13-19. Pelajaran pertama tentangKetauhidan                13 Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kelaliman yang besar".Kata  adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah  dari kata  yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. Selain itu, dalam memanggil anak-anak hendaknya menggunakan panggilan yang mencerminkan kelembutan dan kasih sayang, karena panggilan kepada anak didik dengan panggilan ―anakku‖ tentunya akan menjadikan anak didik merasa nyaman. Rosulullah sendiri tidak melarang memanggil anak orang lain dengan sebutan pertama yang disampaikan adalah tentang ketauhidan, Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Alloh. Larangan ini sekaligus menandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Alloh untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk Lihat tafsir Al-Mishbah, Volume 11, Hlm. 127 Musthafa al-‗Adawi. Fikih Pendidikan Anak, Membentuk Kesalehan Anak Sejak Dini. Jakarta. Qisthi Press. 2007. Hlm. 48 Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 129 sebelum melaksanakan yang baik. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan hendaknya pesan/nasehat ini dihubungkan dengan kaidah ushul “At-takhliyah muqoddamun „ala at-tahliyah” menyingkirkan keburukan lebih utama daripada manyandang perhiasan atau “dar‟u al-mafasid muqoddamun „ala jalbi al-mashalih” meninggalkan sesuatu yang merusak lebih utama daripada melaksanakan sesuatu yang baik. Mengapa pelajaran yang diajarkan pertama adalah ketauhidan?. Dalam struktur ajaran Islam, Tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan. Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal dunianya. Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Ketiga, kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi. Keempat, kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para nabi kesemuanya bersumber dari Allah SWT, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut aqidah, syariah dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang. Kelima, kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan Ruh Ilahi. Keenam, kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang. Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta, Teras. 2009. Hlm. 23 M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudlu‟i atas Pelbagai Persoalan umat, Bandung, Mizan, 1996. Hlm. 382-383 130 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 Pelajaran kedua tentang berbakti kepada kedua orang tua                  14 “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Pesan/pelajaran kedua dalam surat ini seperti dinasehatkan Luqman adalah kewajiban manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua karena jasa dan pengorbanan yang tidak ternilai yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Wasiat bagi anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya muncul berulang-ulang dalam Al-Quran. Sesungguhnya kedua orang tua pasti mengeluarkan segalanya bagi anak-anaknya baik apapun yang mereka miliki dalam jasadnya, dalam umurnya maupun segala yang mereka miliki dengan penuh kasih orang tua yang demikian besar, memberikan pelajaran tentang keikhlasan dalam berbuat sesuatu, yakni mengerjakan segala sesuatau tanpa mengharapkan imbalan atas perbuatan baik yang telah diperbuat, di samping sikap bakti yang ditunjukkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya mengandung makna balas budi atau rasa terimakasih seorang anak, untuk selalu bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya.                              15“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah Lihat Tafsir Fi dzilali Quran. Jilid 17, Hlm. 263 Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 131 keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Dalam kaitanya dengan berbakti kepada kedua orang tua, ada beberapa hal yang merupakan pengecualian menaati kedua orang tua, sekaligus menggarisbawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan di manapun. Ayat di atas menyatakan Dan jika keduanya - apalagi kalau hanya salah satunya-, lebih-lebih kalau orang lain bersungguh-sungguh memaksamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah Aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhinya keduanya. Namun demikian jangan memutuskan hubungan dengannya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan – bukan akidah – dengan pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip ketiga tentang “Etika Otonom”                         16 Lukman berkata "Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya membalasinya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.Ayat di atas melanjutkan wasiat Luqman kepada anaknya. Kali ini tentang kedalaman ilmu Alloh swt., yang diisyaratkan dalam pesan Luqman ―Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik atau buruk walaupun seberat biji sawi dan berada pada tempat yang paling tersembunyi, misalnya dalam batu karang sekecil, Lihat Tafsir Al-Mishbah. Volume 11, Hlm. 131-132 Etika otonom adalah suatu perilaku atau sikap di mana seseorang selalu berbuat baik, karena ia merasa ada yang mengawasi, yaitu Tuhan yang maha kuasa 132 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 sesempit dan sekokoh apapun batu itu, atau di langit yang demikian luas dan tinggi, atau dalam perut bumi yang sedemikian dalam di manapun keberadaannya niscaya Allah akan mendatangkannya lalu memperhitungkan dan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah maha halus menjangkau segala sesuatu baginya adalah sesuatu yang amat mudah karena ia maha mengetahui segala sesuatu sehingga tak ada sesuatupun yang luput dari-Nya. Ayat ini memberikan pelajaran motivasi bagi anak untuk giat beramal kebajikan meskipun sebesar dzarah kecil sekali karena Allah Maha tahu dan pasti akan yang dapat diambil adalah bahwa siapapun orangnya, sekecil apapun kebaikan dan keburukan yang dilakukannya niscaya akan kembali pada dirinya sendiri, karena Allah maha tahu, maha teliti dan maha adil, maka barang siapa menanam kebaikan, maka ia akan menuai pahala yang akan menjadikan ia bahagia dalam hidupnya serta siapa saja yang menanam keburukan tentu ia akan menuai dosa yang akan menjadikan ia sengsara dalam hidupnya. Reward dan punishment adalah sesuatu yang penting dilakukan dalam dunia pendidikan untuk memberikan penghargaan bagi anak didik yang berprestasi dan memberikan pembinaan bagi anak didik yang melanggar aturan. Pelajaran keempat tentang ubudiyah dan amal saleh                   17 “Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.” penulis Karnita POSTING, 3 November 2009 Dalam menjalankan Reward dan Punishment hendaknya seorang pendidik atau lembaga pendidikan dengan menyesuaikan kondisi fisik dan psikis siswa, serta latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 133 Setelah merasa anak-anaknya sudah paham dengan materi ketauhidan dan kesempurnaan Alloh, selanjutnya diberikanlah pelajaran-pelajaran mengenai ibadah dan amal saleh. Nasihat luqman selanjutnya adalah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shaalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma‟ruf nahi munkar, juga nasihat berupa perisai membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh hal-hal yang maruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemunkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya, karena tidaklah lucu apabila orang yang memerintah tidak melaksanakan, orang yang melarang malah melakukan, seperti ancaman Alloh tentang dosa orang yang hanya bisa berkata tanpa melakukan sesuatu yang diucapkannya           3 “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan maruf menjauhi munkar, tetapi memerintahkan anaknya, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dirinya mempunyai jiwa kepemimpinan serta kepedulian melaksanakan kebaikan ubudiyah dan amal saleh amar maruf nahi munkar, tentunya banyak kendala, rintangan dan cobaan, maka dalam menghadapinya diperlukan kesabaran, karena kesabaran termasuk hal-hal yang diutamakan. Pelajaran kelima tentang Akhlak                 18            19 Lihat tafsir Al-Mishbah. Volume 11, Hlm. 137 134 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Nasihat Luqman selanjutnya berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran Tauhid atau Akidah, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, yang mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan ilmu yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, penyampaian materi lain akhlak setelah penyampaian materi akidah juga dimaksudkan agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi. Dalam kaitannya dengan hal ini, penting bagi seorang pendidik agar selalu melakukan perubahan-perubahan pengembangan diri dalam pola pengajarannya, sehingga metode pembelajaran yang dilakukannya selalu menarik dan menyenangkan tanpa mengurangi kaidah-kaidah pokok dalam pembelajaran sesuai dengan prinsip model pembelajaran paikem,,yang akan membuat siswa aktif, kreatif dalam kegiatan belajar. Nasehat/pelajaran Luqman dalam ayat tersebut adalah tentang larangan berlaku sombong. Semua kesombongan wajib dijauhkan dan dihindari karena dapat menimbulkan penyakit hati yang merusak diri sendiri dan orang lain, juga karena kesombongan itu pulalah seseorang akan terhalang menikmati indahnya sorga, sabda Nabi “tidak akan masuk sorga orang yang mempunyai sifat kesombongan walaupun sebesar biji dzarrah”. Dia berkata wahai anakku, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimuModel pembelajaran Paikem adalah model pembelajaran yang memuat prinsip-prinsip pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Di dalam pembelajaran tersebut ada beragam cara pembelajaran agar peserta didik dapat mengikuti aktifitas belajar tanpa merasa jenuh dan bosan. M. Yatimin Abdullah. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta. Sinar Grafika Offset. 2007. Hlm. 67 Dalam tafsir Al-Mishbah, kata memalingkan pipi dibahasakan dalam al-quran dengan istilah  tusha‟ir yang terambil dari kata  Ash-sha‟ru yaitu penyakit yang menimpa unta dan menjadikan lehernya keseleo, sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 135 yakni mukamu dari manusia, siapapun dia, karena didorong oleh perasaan untuk menghina atau berlaku sombong. Tetapi tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi ini dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan pula merunduk bagaikan orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengan kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang Sungguh sangat luas dan bijak nasehat-nasehat Luqman al-Hakim, alangkah indahnya jika pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh Luqman diterapkan dalam model pembelajaran pendidikan kita. Secara garis besar, pesan-pesan Luqman kepada puteranya mencakup tiga aspek pedagogis aspek tauhid, syariat/ibadah, dan akhlak, tiga unsur ajaran al-Quran. Pesan-pesan itu perlu dijabarkan dalam proses pembelajaran di semua mata pelajaran. Pendidikan Nasional kita juga sebenarnya bermisi menghasilkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, dan cerdas. Mata pelajaran agama, kewarganegaraan, bahasa Indonesia, dan pelajaran lainnya sama-sama menanamkan kebajikan yang bermuara pada tujuan membentuk pribadi dan akhlak mulia. Namun, penerapannya masih belum optimal. Patut dipertanyakan, mengapa keimanan dan ketaqwaan anak didik kita demikian rendah? Rendahnya keimanan dan ketaqwaan tersebut berbanding lurus dengan inilah ayat di atas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh/sombong dan menghina orang lain. Memang sering kali penghinaan tercermin pada keengganan melihat siapa yang dihina. Lihat tafsir Al-Mishbah. Hlm. 139 136 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 dekadensi moral yang kini semakin menggejala. Dewasa ini, banyak terjadi kasus yang mencerminkan deviasi penyimpangan perilaku anak didik yang amoral. Berbagai kejahatan dilakukan terhadap teman sendiri. Begitu juga, sikap tidak hormat terhadap orang tua sudah menjadi tontonan yang biasa. Belum lagi bila melihat pergaulan para remaja dan anak-anak usia sekolah yang semakin sulit dikontrol. Kita tidak menghendaki pendidikan hanya menjadi tempat mentransfer ilmu saja. Pendidikan harus meliputi transformasi pengetahuan, sekaligus juga mengedepankan pendidikan moral. Untuk mencapai tujuan manusia beriman, bertakwa, dan ber-akhlakul karimah, seyogianya kepala sekolah dan para guru melakukan berbagai ikhtiar agar nilai-nilai keagamaan, kebahasaan, kewarganegaraan, kesenian, dan yang lainnya benar-benar terinternalisasi. Orang tua juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menginternalisasikan nilai-nilai tersebut. Mereka seyogyanya membimbing siswa melalui ucapan, pikiran, dan tindakan. Penanaman nilai dilakukan dengan cara mencairkan terlebih dahulu hambatan-hambatan psikologis dalam hubungan mereka dengan siswa. Pencapaian nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah harus direduksi disederhanakan ke dalam tema-tema sejumlah program dan peristiwa pendidikan pada situasi praktis. Semoga dengan upaya tersebut, pendidikan dapat mengartikulasikan dan menginternalisasikan pesan-pesan pedagogis. Mari kita belajar dari Luqman! Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 137 Daftar Pustaka Abdullah, Yatimin M. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an. Jakarta. Sinar Grafika Offset. Al-‗Adawi, Musthafa. 2007. Fikih Pendidikan Anak, Membentuk Kesalehan Anak Sejak Dini. Jakarta. Qisthi Press. Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta. Teras Quraih, Shihab M. 2006. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an. Jakarta. Lentera Hati. Quraish, Shihab M. 1996. Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudlu‟i atas Pelbagai Persoalan umat. Bandung. Mizan Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an. Jakarta. Gema Insani. Karnita, posting, 3 November 2009 138 BELAJEA Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02, 2017 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Akhlak dalam Perspektif Al-Qur"anYatimin M AbdullahAbdullah, Yatimin M. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur"an. Jakarta. Sinar Grafika Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan AplikasiSulistyoriniSulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta. TerasShihab M QuraihQuraih, Shihab M. 2006. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur"an. Jakarta. Lentera Al-Qur"an, Tafsir Maudlu"i atas Pelbagai Persoalan umatQuraishM ShihabQuraish, Shihab M. 1996. Wawasan Al-Qur"an, Tafsir Maudlu"i atas Pelbagai Persoalan umat. Bandung. MizanTafsir Fi Zhilalil Qur"anSayyid QuthbQuthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur"an. Jakarta. Gema harus direduksi disederhanakan ke dalam tema-tema sejumlah program dan peristiwa pendidikan pada situasi praktis. Semoga dengan upaya tersebut, pendidikan dapat mengartikulasikan dan menginternalisasikan pesan-pesan pedagogisPencapaian Nilai-Nilai KeimananPencapaian nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah harus direduksi disederhanakan ke dalam tema-tema sejumlah program dan peristiwa pendidikan pada situasi praktis. Semoga dengan upaya tersebut, pendidikan dapat mengartikulasikan dan menginternalisasikan pesan-pesan pedagogis. Mari kita belajar dari Luqman! Ahsanul Fuadi dan Elsa Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqmanul 137 Abstract Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sedikitnya buku-buku pendidikan anak yang bersumber dasar dari al-Qur'an serta kisah-kisah di dalamnya. Latar belakang tersebut me cbTdiv.
  • 7184zodig5.pages.dev/77
  • 7184zodig5.pages.dev/379
  • 7184zodig5.pages.dev/159
  • 7184zodig5.pages.dev/74
  • 7184zodig5.pages.dev/193
  • 7184zodig5.pages.dev/377
  • 7184zodig5.pages.dev/107
  • 7184zodig5.pages.dev/55
  • 7184zodig5.pages.dev/139
  • kisah luqman merupakan teladan pendidikan orang tua kepada