Analisis struktural genetik puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar Versi 2 Tuesday, April 30, 2019 Analisis struktural genetik puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Artikel ini merupakan tugas Tagihan dalam program GuruPembelajar.id. Disusun Oleh M. Nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas Bahasa Indonesia D Jatim SENJA DI PELABUHAN KECIL buat Sri Ajati Sebuah Senja untuk Sri Arjati foto Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap 1946 1. Analisis Diksi Pilihan kata dalam puisi ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi arti katanya bukan arti yang sebenarnya. Walaupun dengan kata-kata yang biasa tapi Chairil memberikannya sebaagai kata-kata yang mengandung makna konotasi. Seperti kata gudang, rumah tua pada cerita, tiang serta temali. Bagi penyair gudang dan rumah tua dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna seperti dirinya yang dianggap tiada berguna lagi. Kata ”mempercaya mau berpaut” itu sebenarnya juga berarti harapan Chairil akan kekasihnya. Pilihan kata seperti kelam dan muram juga memberi kesan pada makna kesedihan yang dirasakan. Kata menemu bujuk pangkal akanan juga merupakan harapan penyair. Sedangkan kata tanah dan air yang tidur juga menyatakan suatu kebekuan. Chairil mampu mengolah pilihan katanya sebaik mungkin walaupun dengan bahasa percakapan tapi mampu menghadirkan makna yang dalam. Hanya ada satu kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu akanan. 2. Analisis Efoni dan Irama Chairil bukanlah penyair yang selalu terikat pada peratturan sehingga kadang-kadang dia tak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Baginya menulis puisi itu adalah suatu kebebasan. Meskipun demikian dalam puisi ini Chairil tetap memperhatikan bunyi walau tidak terlihat secara mencolok. Dalam puisi ini memang banyak efek kakafoninya sehingga tidak bisa dikatakan puisi merdu. Banyak bunyi yang mengandung k,p,t,s seperti kali, cinta, di antara, tua, cerita, tiang serta temali, kapal, perahu, mempercaya, berpaut, mempercepat, kelam, kelepak, pangkal, akanan, kini, tanah, tidur, tiada, aku sendiri, semenanjung, pengap, masih, sekali, tiba,sekalian, selamat, pantai, keempat, penghabisan, terdekap, dan bisa. Kata-kata itu menimbulkan efek kakafoni, meskipun terdapat rima, aliterasi dan asonansi. Seperti rima aabbccddefef , aliterasi tidak-bergerak, pengap-harap serta asonansi ini-kal dan, pada-cerita. Gabungan beberapa unsur bunyi yang terpola tersebut menimbulkan irama yang panjang, lembut dan rendah. Karena irama tersebut menggambarkan kasedihan yang ada pada puisi terbut. Karena irama sajak juga merupakan gambaran akan suasana puisi tersebut. 3. Analisis Penggunaan Bahasa Kiasan Ketidak berdayaan itu dibandingkan Chairil sebagai sebuah gudang, rumah tua, tiang, dsan temali yang tiada berguna. Harapannya kandas bagai kapal dan perahu yang tidak melaut karena mennghempaskan diri di pantai saja. Serta kebekuan hati bagai air dan tanah yang tidur dan tidak bergerak. Selain itu juga terdapat personifikasi pada rumah tua pada cerita, ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang, dan kini tanah dan air tidur hilang ombak dan sedu penghabisan bisa terdekap. Dari kata-kata itu penyair menghidupkan rumah tua yang seakan mampu becerita, dan menghidupkan juga kelepak elang yang mampu menyinggung perasaan orang yang sedang muram. Hari pun dikatakan penyair seakan berlari dan berenang menjauhi dia sehingga dia tidak bisa memutar balik waktu itu. Dia juga berusaha menidurkan tanar dan air sehingga merasa dalamlah kebekuan hati seseorang yang digambarkan. Semuanya ini menyebabkan hanya sendu yang bisa ia peluk bukan orangnya. Sinekdok terlihat pada kata tiang yang sebenarnya adalah rumah, kata kapal dan perahu yang berarti pelabuhan. Kalimat dan kini tanah dan air tidur hilang ombak juga merupakan ungkapan yang hiperbola karena melebih-lebihkan kedekuan hati sang gadis itu. Bahasa kiasan tersebut sebenarnya hanya ingin mengungkapkan makna yang lebih mendalam pada pembaca. 4. Citraan citran yang ada dalam puisi adalah penglihatan ’imagery. Yang mengisyaratkan bahwa pelabuhan kecil itu merupakan tempat perpisahanya. Seolah-olah puisi ini membawa pembaca dengan inderanya untuk melihat suasana pelabuhan yang kecil dan seakan-akan mati. Dengan khayalan yang sudah tergambar Chairil mencoba lagi membawa pembaca lewat puisinya ke dunianya tersebut agar bisa merasahan kesedihan yang dia rasakan. citraan penglihatan tersebut terlihat dari diantara gudang, rumah tua pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tidak berlaut Kalimat tersebut mengajak pembaca mendalami kesunyian yang ada dalam pelabuhan itu dengan melihat keadaan pelabuhan. Dan hal itu sesungguhnya gambaran dari kesunyian sang penyair juga. [disarikan dari berbagai sumber ]

Definisi ‘konkret’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu nyata, benar adanya. Kata ini termasuk dalam kelas adverbial. Contohnya, kursi termasuk benda konkret. ADVERTISEMENT. Dalam puisi, yang dimaksud kata konkret adalah kata yang mewakili sebuah makna wujud, makna fisik, makna nyata, dan makna yang sesuai dengan konteks puisinya.

The aims of this research are to describe the position and role of Tengku Amir Hamzah’s Lyric Poetries in the perspectives of Cultural Studies, to explain about the representation of the Dutch East Indies’ social realities depicted in Tengku Amir Hamzah’s works 1911 – 1946, and to expose about the intentions of the Lyric Poetries’ creations based on theories such as Counterhegemony, Archetypal, Fenomenology Literature, Social Construction and Deconstruction using concepts such as Angkatan Poedjangga Baroe, Lyric Poetry, Intellectual Community, Social Praxis Discource, and Cultural Studies. This research uses Qualitative Decriptive method with Content Analysis focus. The data of the dissertation consist of 15 Lyric Poetries written by Tengku Amir Hamzah, namely 5 Lyric Poetries of Njanji Sunji book 1937 and 10 Lyric Poetries of Buah Rindu book 1941. The data collection techniques are done by performing close reading of Tengku Amir Hamzah’s works, library research, Focus Group Discussion FGD, field research, and documentation studies, while the data analysis techniques are done by verification and triangulation. Based on research analysis, the uniqueness of Tengku Amir Hamzah’s Lyric Poetries lie in the use of Bahasa Indonesia, polite dictions, taking the forms of Monarch-Centric Poetry, and prosodies. According to their structures, the poetries closely resemble the 19th century British Romantic Period works; which are identical in the exertions of monostichs, tercets, quatrains, and odd stanzas. Based on the perspectives of Indonesian Literature, Tengku Amir Hamzah’s Lyric Poetries are categorized as the literary work of sufism, Malay-centric, and unrequited love. As for the perspectives of Cultural Studies, they are classified as archaic, archetypes, patriotic, and emancipatory literature. Furthermore, the Lyric Poetries are used as means of media opposition through Counterhegemony for the purpose of delivering irony toward social gap and devide et impera. On the other hand, they are positioned as the act of intellectual movements in order to signalize the rise of nationalism and the efforts to end the Dutch Colonialism. Bacalah puisi di bawah ini! Senja di Pelabuhan Kecil. Buat Sri Ayati. Ini kali tidak ada yang mencari cinta. Diantara gudang, rumah tua, pada cerita. Tiang serta temali, kapal, perahu tidak berlaut. Menghembus diri dalam mempercaya mau. Berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga. Kelepak elang. Menyinggung muram, desir hari lari. Berenang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. AKU INI BINATANG JALANG adalah sebuah antologi puisi yang sajak-sajaknya dijadikan satu sejak tahun 1942 hingga 1949, dan tentunya sajak tersebut di tulis oleh pengarangnya sendiri, yaitu ialah Chairil Anwar. Karya dari Chairil Anwar sudah sangat melegenda hingga saat ini, terutama yang berjudul Aku Ini Binatang Jalang. Buku ini pertama kali dibukukan pada tahun 1986, saat ini bukunya merupakan cetakan ketiga puluh tiga pada November Anwar, lahir 26 Juli 1922 di Medan, meninggal 28 April 1949 di Jakarta. Chairil Anwar pernah berpendidikan di MULO singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs sekolah yang didirikan oleh belanda, setingkat dengan SMP pada saat ini. Chairil Anwar, pernah mengenyam pendidikan di MULO Medan dan harus berpindah MULO di Jakarta karena mengikuti Ibunya, namun pendidikan Chairil di MULO harus terhenti dikelas dua lalu dia memutuskan untuk belajar sendiri. Meskipun Chairil hanya berhenti sampai kelas dua di MULO, tetapi Chairil Anwar memiliki banyak karya sastra salah satunya ialah Aku Ini Binatang Jalang dan puisi inilah yang menjadikan Chairil Anwar dijuluki sebagai Si Binatang Jalang. Chairil Anwar, dijuluki Si Binatang Jalang karena puisi Aku Ini Binatang Jalang dianggap terlalu individualistis dan berbau pemujaan pada diri sendiri. Chairil Anwar juga dijuluki sebagai pelopor angkatan 45 karena karya-karya dari Chairil Anwar memiliki pembaharuan yang telah mendobrak aturan-aturan kaku yang membatasi kebebasan julukan pelopor Angkatan 45 yang dimiliki oleh Chairil Anwar, membuat saya bernafsu untuk mengulik buku AKU INI BINATANG JALANG. Untuk mencari tahu seperti apa majas-majas yang ada pada puisi dalam buku kumpulan puisi buku kumpulan puisi yang berjudul AKU INI BINATANG JALANG banyak puisi yang ingin saya bahas, tetapi saya memilih satu dari sekian banyak puisi yang ada di dalam buku tersebut untuk saya bahas yaitu puisi yang berjudul “Senja Di Pelabuhan Kecil”. Saya memilih puisi tersebut untuk saya bahas karena puisi tersebut di buat dan di tujukan untuk Sri Ajati, orang yang ia tersebut menggambarkan kepedihan yang mendalam, karena itu lah saya memilih puisi ini. Karena pada puisi yang pada penulisannya melibatkan perasaan penulis pasti sangat banyak majas-majas yang di muat dalam puisi tersebut. Yang akan saya bahas dari puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” ini yakni tentang majas-majas yang terkandung di dalam puisi tersebut. Pada puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil terdapat” terdapat majas metafora, majas metafora sendiri adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Pada larik “di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali”, “Kapal, perahu tiada melaut” dan “tanah dan air tidur” Chairil Anwar menggunakan kata kiasan untuk memperdalam rasa duka dan pedih yang dia rasakan.“di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali” adalah gambaran dari ketidakberdayaan Chairil Anwar, berfokus pada “tiang serta temali” yang tidak berguna dalam “gudang yang berada di rumah tua”. Chairil Anwar menggambarkan bahwa harapannya kandas bagaikan “kapal, perahu” yang “tiada melaut” berdiam tak berguna di tepi pantai. Chairil Anwar menggambarkan kebekuan hati yang dirasakannya bagai “tanah dan air” yang “tidur” dan tidak juga majas personifikasi yaitu majas yang membandingkan benda-benda mati seperti memiliki sifat seperti manusia, ada beberapa larik dalam puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” yang memiliki majas personifikasi. “Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang”, “dan kini tanah dan air tidur hilang ombak”, “sedu penghabisan bisa terdekap” pada larik-larik inilah terdapat majas personifikasi. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Analisis Puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar Dengan Menggunakan Pendekatan Mimetik. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 4(1), 39–46. Sakinah, M. C. S., & Indrayanti, T. (2019). Alisis Kumpulan Puisi “ 99 Untuk Tuhanku ” Karya Emha Ainun Nadjib: Kajian Mimetik. Jurnal Ilmiah Buana Bastra, 6(2), 29–37.
Uploaded byBasuki Zulkurnain Nashr 0% found this document useful 1 vote918 views3 pagesDescriptionanalisis PuisiCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 1 vote918 views3 pagesAnalisis Puisi Senja Di Pelabuhan KecilUploaded byBasuki Zulkurnain Nashr Descriptionanalisis PuisiFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

TeksUlasan Tentang Album Lagu. Judul album : Kotak Kedua. Penyanyi : Kotak Band. Tahun Rilis : 2008. Label : Warner Music Group. Album Kotak Kedua ini terdiri atas 12 lagu dimana single unggulannya yang berjudul “Beraksi”. Sebuah album yang dirilis Juni tahun 2008 ini sudah mendapatkan penghargaan AMI Award dengan sebuah kategori album

Arifin, R. 2018. Semiotika Kultural dalam Pemertahanan Bahasa pada Acara Babalai Suku Dayak Paramasan. Jurnal Tarbiyah Jurnal Ilmiah Kependidikan, 72, 87–92. Dhapa, D., & Febronia Novita. 2022. Majas Metafora dalam Puisi-puisi karya Bara Pattyradja. Sintaks Jurnal Bahasa & Sastra Indonesia, 22, 137–144. Haisyah, Yuliana, & Mawarni, A. R. S. 2020. Meningkatkan Kemampuan dalam Membaca Puisi pada SMP/Mts. Prosiding Samasta, 1–6. Herianah. 2017. Gaya Bahasa Dalam Sastra Lisan Wolio. Sawerigading, 231, 49–51. Idayati, H., Munaris, M., & Fuad, M. 2016. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR APRESIASI PUISI KONTEMPORER BERBASIS MODEL SUCHMAN. J-Simbol Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 32, 1–11. Inayati, T., Pecangaan-jepara, S. M. A. N., & Tengah-indonesia, J. 2016. Simbol dan Makna pada Puisi Menolak Korupsi Karya Penyair Indonesia. Seloka Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 52, 163–171. Kamagi, L. 2015. Nilai-Nilai Humaniora Dalam Antologi Puisi “Blues Untuk Bonnie” Karya Ws Rendra. BAHTERA Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 141, 26–38. Kusyani, D., & Siregar, R. A. 2020. Semiotik dalam Kumpulan Puisi Orang-Orang Rangkasbitumg Karya W. S. Rendra. Prosiding Seminar Linguistik Dan Sastra SEMANTIKS 2020, 449–457. Rossandy, A. N. B. 2016. Hakikat Hidup Manusia Dengan Sesamanya Dalam Tembang Macapat. Edu-Kata, 32, 189–196. Saptawuryandari, N. 2013. Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar Semiotic Analysis of Chairil Anwar’s Poems. Kandai, 91, 95–104. Sari, R. R. A. 2017. Kajian Struktur Puisi Karya Siswa Kelas V Sdn Mrican 4 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2016/2017. Simki-Pedagogia, 0106, 1–9. Siti, N., & Ramdan, F. 2022. ANALISIS GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU “ CINTA LUAR BIASA ” ANDMESH KAMELANG. Sinar Dunia Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Ilmu Pendidikan, 13, 29–33. Suskandiati, S. 2019. Analisis Stilistika Kumpulan Puisi ”Deru Campur Debu” Karya Charil Anwar. Edu-Kata, 52, 129–138. Syam, A. J., Niampe, L., & Sahidin, L. O. 2022. JOTE Volume 4 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 705-713 JOURNAL ON TEACHER EDUCATION Research & Learning in Faculty of Education Majas Perbandingan dalam Puisi Surat Cinta Karya WS Rendra. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION, 42, 705–713. Yuliantini, T. 2018. Kajian Stilistika Terhadap Diksi Dalam Kumpulan Puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Di Smk Stilistics Study on the Directors in Poetry Point Me So the Indonesian People W. Wistara, 21, 36–45. Meskipun bentuknya singkat dan padat, umumnya orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan dari setiap baitnya. Itulah informasi tentang contoh susunan acara lomba baca puisi yang dapat admin kumpulkan. Admin blog KT Puisi 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait contoh susunan acara lomba baca puisi dibawah ini. Makna Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Berikut makna puisi senja di Pelabuhan kecil karya Chairil Anwar. Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Pada bait ini penyair menyatakan bahwa dirinya sedang tidak mencari cinta. Si penyair masih mengingat kenangan indah tentang seseorang yang kini hanya tinggal kenangan. Ini terlihat pada baris puisi , “di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali” yang menggambarkan sebuah kenangan. Kenangan-kenangan itulah yang pembuat si penyair merasa sedih dan merasa dalam kehampaan. Sehingga kini, dia pun tiada lagi mencari cinta/ hatinya sudah tertambat hanya pada seseorang yang kini telah pergi dari hidupnya Kapal, perahu tiada berlaut dan lebih memilih untuk menghindari sebuah hubungan menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Gerimis mempercepat kelam. Gerimis merupakan gambaran kesedihan yang membuat keadaan terasa semakin gelap, sepi, dan mencekam. “Ada juga kelepak elang menyinggung muram,” yang menunjukkan perasaan penyair yang semakin muram ataupun bersedih di antara waktu yang terus berjalan desir lari berenang. Sedangkan si penyair mempunyai harapan, sesuatu yang ingin ia capai. Namun, semua itu harus terhenti, tidak dapat diselesaikan, tidak bergerak menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak. Kini si penyair kini hanya bisa diam dalam menyikapi keadaan. “dan kini tanah dan air tidur hilang ombak,” yang merupakan gambaran kehidupan yang datar, tidak lagi bermakna dan penuh warna. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Pada bait ini menunjukkan bahwa kini si penyair merasa sendiri karena seseorang yang ia cintai dan harapkan untuk menemaninya semakin menjauh. Walaupun, sesungguhnya ia masih berharap untuk Bersama. Namun, pada akhirnya di ujung penantian, ia hanya bisa merelakan dan melepaskan, serta mengucapkan selamat jalan. “dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.” Inilah gambaran kesedihan yang mendalam, yang dirasakan si penyair karena kini ia hanya bisa mendekap rindu dalam sedih dan tangis. Kesimpulan dari Puisi Dari Rangkaian Analisa bait perbait Puisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Puisi ini menggambarkan kecintaan terhadap seseorang, dimana digambarkan tidak ada lagi yang dapat menggantikan posisi dari cintanya yang lama. Sehingga, terlarut dalam kenangan – kenangan yang lama dan masih dalam kesedihan yang mendalam. Darianalisis beberapa puisi ini berdasarkan lapisan suaranya, puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” didominani oleh vokal bersuara berat a dan u. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi ini dari segi lapis suaranya sangat jelas tergambar unsur lambang rasanya ( klanksymboliek ).
- Chairil Anwar adalah satu dari sekian banyak penyair ternama asal Indonesia, selain Rendra, Sapardi Djoko Damono, dan Taufik Ismail. Ia mendapat julukan "Si Binatang Jalang" berkat salah satu karyanya yang bertajuk "Aku". Karya sastranya ini masih terus dinikmati oleh masyarakat di Pelabuhan Kecil juga termasuk puisi Chairil Anwar lainnya yang terkenal. Bagaimana isi dan makna puisi Senja di Pelabuhan Kecil? Isi puisi Senja di Pelabuhan Kecil Dikutip dari buku Aku ini Binatang Jalang 2011 oleh Chairil Anwar, berikut isi puisi Senja di Pelabuhan Kecil Ini kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu, tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Baca juga Makna Puisi Derai-derai Cemara Karya Chairil AnwarTiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari panta keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Makna puisi Senja di Pelabuhan Kecil Dilansir dari jurnal Analisis Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" Karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Mimetik 2021, makna puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah tentang keikhlasan. Lewat puisi tersebut, Chairil Anwar menggambarkan rasa kehilangan. Meski senja sangatlah indah, kita harus tetap mengucap perpisahan sewaktu malam datang. Seusai merasa kehilangan, sang penyair mengajak pembacanya untuk mau ikhlas, dan tetap meyakini bahwasanya di dunia ini tak ada satu pun yang abadi. Lebih lanjut, Chairil Anwar mengajak pembacanya untuk memahami bahwa kesedihan, kehilangan, dan kesendirian adalah pelengkap kehidupan. Oleh sebab itu, kita harus lebih kuat dan ikhlas menghadapinya. Jika disimpulkan, makna puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah keikhlasan manusia untuk bangkit dari perasaan sedih, kehilangan, juga kesendiriannya. Baca juga Makna Puisi Tak Sepadan Karya Chairil Anwar Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
w9Mq.
  • 7184zodig5.pages.dev/291
  • 7184zodig5.pages.dev/339
  • 7184zodig5.pages.dev/371
  • 7184zodig5.pages.dev/137
  • 7184zodig5.pages.dev/51
  • 7184zodig5.pages.dev/328
  • 7184zodig5.pages.dev/11
  • 7184zodig5.pages.dev/156
  • 7184zodig5.pages.dev/344
  • analisis puisi senja di pelabuhan kecil